Sabtu, 25 April 2020


MASYARAKAT DAN COVID 19


Coronavirus, merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersikulasi dihewan, dia dapat menyebabkan sejumlah penyakt berat pada hewan, diantaranya babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu.
Masa inkubasi virus ini selama 7-14 hari, dan menyebar melalui udara dan kontak langsung dengan penderita Gejalanya demam >38 C, batuk, sesak napas yang membutuhkan perawatan di RS. Gejala ini diperberat jika penderita adalah usia lanjut dan mempunyai penyakit penyerta lainnya, seperti penyakit paru obstruktif menahun atau penyakit jantung.
Penyakit infeksi ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, China pada sekitar akhir Desember 2019, dan kasus yang positif pertama kali di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Sampai saat ini, masih belum ada vaksin yang dapat digunakan. Oleh sebab itu, upaya pengendalian yang dapat dilakukan dalam waktu singkat adalah kesiapsiagaan. Di Indonesia sendiri telah diberlakukan physical distancing (sebelumya adalah social distancing, terus kemudian diperbarui oleh WHO menjadi physical distancing), lockdown dibeberapa daerah dan baru saja mengesahkan tentang UU PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) namun tidak memberlakukan larangan untuk mudik sebagai upaya pengendalian penularan COVID-19 ini.
Karena kebijakan pemerintah tersebut diatas, akibatnya karyawan di beberapa perusahaan di Ibu Kota di berhentikan atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dari data sementara kurang lebih ada 1,4 Juta karyawan di PHK karena COVID-19, ini masih akan terus berlanjut. Hal ini dirasa adalah salah satu pemicu utama keinginan warga Kota besar untuk mudik (Pulang Kampung), karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya pekerjaan yang pasti. Hal tersebut juga dapat menekan tingkat stress seseorang, dimana pada saat stress akan meningkatkan hormone katekolamin dan akan menekan produksi imun tubuh seseorang, padahal dari yang kita tahu meningkatkan sistem imun adalah salah satu cara untuk mencegah keparahan dari penyakit COVID-19 ini.
Bertepatan dengan akan datangnya bulan Ramadhan 1441 H, tradisi mudik atau pulang kampung diduga akan menyebabkan dampak penularan yang besar ke daerah-daerah, karena setiap orang yang akan pulang tersebut tidak tahu pasti bahwa dia membawa virus yang didapat dari kota atau dari jalan dan tidak bergejala atau tidak. Sebaiknya pemberhentian kendaraan umum dirasa cukup membantu mengurangi penularan COVID-19, setiap orang dihimbau untuk melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi, sehingga mengurangi resiko terpapar virus saat perjalanan pulang dan melakukan isolasi mandiri selama paling tidak minimal 14 hari jika dirasa keputusan lockdown disemua daerah belum bisa dilakukan karena perihal ekonomi. Hal ini juga dipertimbangkan dengan keadaan Indonesia sebagai Negara kepulauan, yang seharusnya lebih mudah melakukan pencegahan penularan jika penyebrangan antar pulau dibuat lebih ketat dan teliti atau bahkan diberhentikan untuk penumpang.
Pentingnya edukasi masyarakat mengenai pengertian, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan juga perlu dilakukan, karena banyaknya masyarakat awam yang hanya tahu dari sosial media yang tidak valid (tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya) dan menyebabkan salahnya cara pencegahan dan penanganan COVID-19 ini. Hal ini juga bertujuan untuk membuat masyarakat tenang namun waspada, sehingga sistem imun atau kekebalan tubuh dapat diproduksi dengan baik.


Referensi

Burhan, erlina. Isbaniyah, fathiyah. Dwi santoso agus., et al. 2020. Pneumonia covid-19 penanganan dan penatalaksanaan di indonesia. Perhimpunan dokter paru Indonesia :Jakarta

Pemerintah republik indonesia. Pemberlakuan PSBB 2020 https://setkab.go.id/inilah-pp-pembatasan-sosial-berskala-besar-untuk-percepatan-penanganan-covid-19/. Diakses pada tanggal 21 pukul 20:20

Kementrian kesehatan RI. 2020. Pedoman kesiapsiagaan menghadapi infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21, 2020.


Penulis : FATHUL MUNI’EM | 21601101074

HIPERTENSI? HARUS “CERDIK” DAN “PATUH” !


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hipertensi merupakan salah satu indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar 34,1%. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka yaitu sistolik dan diastolik. Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg.
Hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan keadaan hipertensi yang penyebab utamanya bersifat idiopatik, sedangkan hipertensi sekunder diakibatkan oleh penyakit lain yang mendasari, misalnya penyakit ginjal. Hipertensi primer memiliki faktor risiko yang menyebakan seseorang lebih mudah terkena hipertensi. Terdapat dua jenis faktor risiko hipertensi, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kegemukan (obesitas), merokok, kurangnya aktivitas fisik (olahraga), diet tinggi lemak, konsumsi garam berlebih, dislipidemia, konsumsi alkohol, psikososial, dan stress. Sedangkan, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (genetik).
Berikut beberapa cara untuk mencegah penyakit hipertensi. Salah satu cara untuk mencegah penyakit ini yaitu dengan mengatur pola makan, yaitu :
1.Batasi konsumsi gula < 50 gram (4 sdm per hari)
2.Batasi garam < 5 gram (1 sendoh teh) per hari
3.Batasi makanan cepat saji
4.Batasi daging berlemak dan minyak goreng (<5 sendok makan perhari)
5.Makan ikan sedikitnya 3x perminggu
6.5 porsi (400-500gr) buah – buahan dan sayuran per hari
Namun, bagi masyarakat yang sudah menderita hipertensi jangan khawatir, berikut beberapa tips mengontrol hipertensi :
1.Ketahui tekanan darah anda (tekanan darah normal 120/80 mmHg)
2.Kontrol tekanan darah anda secara teratur
3.Tekanan darah tingi sering tanpa gejala
4.Tekanan darah yang tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi
5.Pastikan ketersediaan obat dirumah
6.Obat penting untuk menjaga tekanan darah anda
7.Minum obat teratur dan sesuai anjuran dokter
8.Ketahui efek samping obat yang anda minum
9.Berhati – hati menggunakan obat bebas
Jika hipertensi dibiarkan maka akan timbul berbagai komplikasi yang serius, antara lain:
-Penyakit jantung
-Stroke
-Penyakit ginjal
-Retinopati (Kerusakan retina)
-Penyakit pembuluh darah tepi
-Gangguan saraf
-Gangguan serebral (otak)

Lakukanlah pencegahan hipertensi dengan CERDIK :
Cek kesehatan secara rutin
Enyahkan asap rokok
Rajin aktivitas fisik
Diet seimbang
Istirahat yang cukup
Kelola stress

Kendalikan Hipertensi dengan PATUH :
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
Atasi penyakit dengan pengobatan tepat dan teratur
Tetap diet dengan gizi seimbang
Upayakan aktifitas fisik dengan aman
Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya

SUMBER :
-          Hipertensi Tekanan Darah Tinggi The Sillent Killer. GERMAS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
-          Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK. 2019. P2PTM Kemenkes RI
-          Yuliasari, Anggiya., Morfi, Chicy Widya. 2018. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Manajemen Hipertensi. Lampung. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung.


Penulis : Avicenna Shafhan Arfi | 21601101008

MUDIK DI TENGAH PANDEMI COVID 19, BOLEH GAK SIH?

Beberapa saat lagi, sudah memasuki bulan Ramadhan, yang mana merupakan salah satu bulan pilihan di kalender hijriyah umat muslim. Di penghujung bulan Ramadhan, terdapat hari Raya Idul Fitri yang biasanya digunakan sebagai moment berkumpul keluarga di kampung halaman. Orang-orang mengenalnya dengan istilah… mudik.
Kejadian pandemic COVID-19 ini, mengharuskan kita, warga Indonesia untuk mengikuti himbauan pemerintah yakni “dirumah aja”. Hal tersebut dilakukan pemerintah sebagai upaya pencegahan dari virus corona yang saat ini sedang marak.
Virus ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID 19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan tersebut dapat menempel pada benda-benda atau permukaan-permukaan sekitar. Orang yang menyentuk benda atau permukaan tersebut, yang kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut, dapat tertular virus corona. Maka dari itu, penting untuk menjaga jarak >1 meter dengan orang yang sakit. Bahkan dengan orang yang terlihat sehat sekalipun, yang kita kenal dengan “sosial distancing”.
Dalam kondisi seperti ini, penularan virus corona penyebab COVID 19 bisa saja terjadi saat mudik, bahkan sangat mungkin terjadi saat perjalanan. Dengan perjalanan mudik tersebut, seseorang bisa saja berpotensi terkontak dengan orang lain yang terinveksi virus corona namun dengan gejala ringan ataupun tanpa gejala. Hal tersebut dikatakan bahwa perjalanan mudik dinyatakan “tidak aman” untuk dilakukan.
Bahkan bisa saja, mereka yang akan melakukan perjalanan mudik, memiliki kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus corona ini, sehingga tidak menimbulkan gejala ataupun gejala ringan. Bila orang tersebut melakukan perjalanan mudik, maka dia berpotensi menyebarkan virus SARS-CoV-2 tanpa dia terasa. Bagi orang dengan kekebalan imun yang cukup rendah, maka akan menimbulkan manifestasi klinisbaik ringan, sedang, ataupun berat.
Maka dari itu, kita diharapkan tetap berada di rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun sesuai langkah WHO (World Health Organization) yakni 6 langkah dan dengan air mengalir, keluar rumah hanya bila sangat diperlukan, menggunakan masker saat keluar rumah, hindari kerumunan orang, dan segera selesaikan urusan di luar rumah kemudian segera pulang. Kita tidak pernah tahu, siapa yang dapat menginfeksi virus, maka dari itu, jaga diri kita dengan tetap #dirumahaja dan tunda mudik untuk tahun ini.
Majunya teknologi zaman saat ini, jangan khawatir, kita tetap bisa bertemu keluarga di rumah via video call. Hal ini bisa digunakan sebagai alternative obat kangen dengan keluarga di kampung halaman. Yuk, tunda mudik untuk kemaslahatan dan Kesehatan Indonesia.

2. Web organisasi Kesehatan International, WHO (World Helath Oranization) https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

Penulis : ISNA AULIA ZAMZAMY | 21601101080

Kejujuran : Antara Stigma dan Petaka.

Corona virus atau Covid-19 tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita, virus ini telah menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tanggal 31 Desember 2019 Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, kasus tersebut menjadi awal dari pandemi ini. Kasus ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel corona virus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-19).
Gejala yang ditimbulkan dari Covid-19 sering kali hampir mirip dengan gejala penyakit lain seperti flu atau malah tidak bergejala. Pada awal timbulnya penyakit gejala yang paling umum adalah demam, batuk, dan mialgia atau kelelahan; gejala yang kurang umum adalah produksi sputum, nyeri kepala, hemoptisis, dan diare. Lebih dari setengah jumlah pasien mengalami dispnea.
Penularan virus Covid-19 melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral. Namun, pada kasus lain Covid-19 tidak memiliki gejala, sehingga perlu di lakukan anamnesis secara keseluruhan dan terbuka bagi pasien terutama riwayat kontak dan perjalanan pasien serta pemeriksaan penunjang seperti foto toraks dan PCR untuk penegakkan diganosis positif covid-19. Seperti yang kita tahu anamnesis menyumbang 80% untuk mengarahkan diagnosis. Maka dari itu keterbukaan dan kejujuran pasien mengenai riwayat kontak, perjalanan dan status kesehatannya saat anamnesis sangat penting bagi petugas medis demi penegakan diagnosis dan rencana penanganan selanjutnya
Sayangnya stigma negatif masyarakat yang menganggap virus ini sebagai aib membuat banyak pasien yang tidak jujur akan riwayat kontak, perjalanan dan status kesehatan mereka. Faktanya ketidakjujuran tersebut telah menyebabkan banyaknya kasus tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terpaksa di karantina karena terinfeksi covid-19. Beberapa kasus yang telah terjadi di Indonesia diantaranya 46 tenaga medis RSUP dr. Kariadi Semarang positif Covid-19, mereka terdiri dari beberapa dokter spesialis, perawat, tenaga penunjang medis hingga non-medis. Kasus tersebut terjadi karena adanya pasien yang tidak jujur pernah ke zona merah Covid-19. Kasus lainnya adalah dua dokter residen diisolasi di RS Tajuddin Chalid Makassar penyebabnya ada warga yang memeriksakan diri dan tidak jujur pernah kontak dengan pasien Covid-19 atau pernah datang ke daerah pandemi Covid-19. Masalah ini tentu berdampak pada terhambatnya upaya memutus mata rantai penularan covid-19 dan juga menyebabkan banyaknya tenaga medis yang gugur dalam melaksanakan tugasnya.
Maka dari itu satu-satunya upaya melawan COVID-19 adalah dengan pencegahan. Garda terdepan untuk pencegahan tidak hanya tenaga medis tetapi juga masyarakat. Masyarakat sangat diharapkan untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya terkait dengan riwayat kontak, riwayat perjalanan dan riwayat kesehatan ketika memeriksakan diri ke layanan kesehatan dengan atau tanpa gejala. Selain itu juga masyarakat dihimbau untuk tetap melakukan tindakan pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker. Selain itu himbauan untuk tenaga medis agar bekerja secara profesional, dengan selalu mengenakan APD lengkap, terutama saat bersentuhan dengan pasien.

Sumber :
1.   Paramita, Swandari. 2020. GEJALA KLINIS PASIEN TERINFEKSI NOVEL CORONAVIRUS 2019 DI WUHAN, CHINA.
2.      Burhan, E. dkk., 2020. [online] Persi.or.id. Available at: https://www.persi.or.id/images/2020/data/buku_pneumonia_covid19.pdf [Diakses : 24 April 2020].
3.      Who.int. 2020. Materi Komunikasi Risiko COVID-19 Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan. [online] Available at: https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/risk-communication-for-healthcare-facility.pdf?sfvrsn=9207787a_2 [Diakses : 24 April 2020].
4.      Maharani, E., 2020. Infografis Gara-Gara Pasien Tak Jujur |Republika Online. [online] Republika Online. Available at: https://republika.co.id/berita/q94sch335/infografis-garagara-pasien-tak-jujur [Diakses : 24 April 2020].
5.      PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISESASE (COVID-19). 2020. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Direktorat, Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.


Penulis : Alisa Qotrunnada Kirom |  21601101050

Psoriasis Pada Kulit Kepala Dapat Diperburuk Oleh  Stres Psikologis

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat. Penyakit ini tidak menular, tidak menyebabkan kematian tapi dapat menyebabkan gangguan kosmetik karena mempengaruhi penderita secara kejiwaan akibat perubahan kulit berupa sisik yang tebal. Serta dapat menginfeksi semua ras, jenis kelamin dan biasanya terjadi pada dewasa muda (antara 20-59 tahun) dan jarang pada bayi serta usia lanjut. Psoriasis tidak hanya bisa terjadi di bagian luar siku, lutut, atau kuku, tapi juga bisa muncul di kulit kepala.
Pada penderita psoriasis kadang-kadang merasa nyeri, tidak nyaman, gatal-gatal, kulit kering, mengelupas, dan kemerahan. Adapun penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui dengan pasti dan diduga berhubungan dengan stres psikologis, infeksi fokal, trauma mekanik, gangguan hormonal sebagai faktor pencetus. Namun yang jelas, terjadinya kelainan kulit pada penyakit ini disebabkan oleh waktu paruh regenerasi kulit yang memendek atau siklus sel lebih cepat (berlangsung 3-4 hari), sedangkan pada kulit orang normal (28-30 hari) yang diduga diperantarai oleh mekanisme autoimun. Akibatnya sel-sel kulit baru menumpuk di permukaan kulit dan membentuk plak-plak kering kemerahan, bersisik tebal dan lebar seperti ketombe.
Prevalensi psoriasis di Indonesia sendiri belum terdapat data mengenai epidemiologi dari psoriasis. Psoriasis merupakan penyakit kronik berulang, dapat mengganggu penderita dari segi penampilan fisik secara psikologis, yang dapat berdampak menurunkan kualitas hidup pasien berupa terganggunya kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, berhubungan dengan kesehatan fisik, sosial dan psikologis. Pada pasien psoriasis, mereka memiliki kesulitan dalam emosi yang terlihat dari kesulitan berpenampilan, merasa rendah diri, dan merasa malu. Penderita psoriasis yang mendapat tekanan, akan menyebabkan stres psikologis, frustasi dan kecemasan. Sebab diketahui fungsi kulit penting dalam kehidupan manusia mempengaruhi citra tubuh harga diri.
Tingkat kepercayaan diri yang rendah pada penderita psoriasis dapat disebabkan oleh derajat keparahan yang semakin tinggi dan persepsi yang buruk bahwa psoriasis merupakan penyakit yang parah. Penyebab dari derajat keparahan dapat disebabkan oleh penanganan pengobatan yang tidak adekuat, perhatian keluarga dan pasangan yang kurang, infeksi. Penanganan pengobatan yang tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya ketidakpuasan terapi dan stress pada penderita psoriasis sehingga akan memperberat derajat. Dimana, hingga saat ini belum ditemukan pengobatan mutakhir yang memuaskan penderita.
Memperhatikan tanda dan gejala biasanya membutuhkan terapi seumur hidup, sebab penyakit ini biasanya menjadi lebih berat dari waktu ke waktu. Sebaiknya penderita menghindari stress dengan cara bersosialisasi baik dengan lingkungan dan segera berkonsultasi ke dokter bila timbul skuama yang tebal. Kemudian, penderita dapat melakukan beberapa hal agar tingkat kepercayaan dirinya membaik, yaitu saling menceritakan keadaan diri mereka kepada sesama penderita psoriasis, bergabung dengan kelompok yang aktif di bidang psoriasis, dan menemui seorang profesional seperti psikiater untuk membenahi pikiran dan dari pikiran inilah mampu untuk mengontrol kondisi tubuh. Perhatian keluarga dan pasangan yang diberikan akan menjadi semangat bagi penderita psoriasis sehingga akan timbul motivasi sembuh dan derajat keparahan pun tidak bertambah parah.

Referensi :
Aprilliana, K. F. and Mutiara, H. (2017) ‘Psoriasis Vulgaris Pada Laki-laki 46 Tahun’, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 4, pp. 160–166.

Sinaga, D. (2013) ‘Pengaruh stress psikologis terhadap pasien psoriasis’, Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1), pp. 129–134.
Wardhana, M. (2012) ‘Stres psikologis pada pasien psoriasis: suatu kajian psikoneuroimunologi’, Mdvi, 39(1), pp. 10–14.

Penulis : SOFIA NISSA AULIYA | 21601101107

LGBT? “Penyimpangan Seksual” Di Indonesia Yang Masih Perlu Diamati

QS. Al-A’raf Ayat 80
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"

Pasti kita sudah tidak asing mendengar kata LGBT, tapi apa itu sebenarnya LGBT itu? LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Bisex, dan Transgender. Sebelum membahas lebih jauh mari kita lihat sepintas sejarah dari LGBT sendiri. Seperti kutipan ayat al-quran bahwa homoseksualitas diawali oleh kaum nabi Luth AS dengan perkiraan tahun 3500 - 2350 SM. Kemudian pada tahun 1968 Asosiasi Psikiater AS (APA) pertama kali menggolongkan homoseksualitas sebagai penyakit jiwa. Hingga akhirnya tahun 1973 "APA" mencoret homoseksualitas dari DSM tapi masih disebut gangguan orientasi seksual, dan akhirnya mencoret dari DSM tanpa keterangan khusus di 1987. Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) juga turut ikut berkontribusi dalam penghapusan LGBT sebagai gangguan jiwa pada 2014.
            Jumlah LGBT di Indonesia mulai meningkat dari tahun ke tahun hingga akhirnya pada beberapa tahun ini isu ini merupakan topik pembicaraan yang sering dibincangkan, mulai dari penangkapan, dikriminasi, pelecehan, hingga pembunuhan mencuat di berita. Perundang-undangan yang masih belum jelas membuat pemerintah akhirnya segera membuat Draf RUU tentang Ketahanan Keluarga yang didalamnya juga berisi terkait "penyimpangan seksual". Hal ini merupakan kontributor pada penularan penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dsb. Pemerintah kemudian mengadakan program pemberantasan penyakit menular (P2M).
Di Indonesia LGBT masih di kategorikan sebagai penyimpangan seksual dari hukum, norma, hingga etika sosisal. Penyimpangan ini dapat mulai terjadi pada usia remaja awal hingga dewasa tua. Bagaimana seseorang bisa menjadi LGBT? Ada beberapa faktor seperti:
a.Factor keluarga
b.Factor lingkungan
c.Factor genetic
Pencegahan agar tidak terjadinya penyimpangan seksual dapat dimulai terutama dari peran keluarga terutama kasih saying ayah & ibu dengan pola asuh yang baik, menjelaskan edukasi seks ke anak, memperlakukan sesuai jenis kelaminnya. Pemilihan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak serta mencegah tereksposnya anak dengan pornografi. Pendekatan secara agama juga dapat dilakukan dengan memperkuat iman.
Kampanye berisi edukasi terkait LGBT berupa poster, majalah, seminar, program TV merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengajak orang lain agar mau mencari pertolongan untuk mengobati dirinya. Pengobatan untuk LGBT masih “belum ditemukan” tetapi ada beberapa terapi yang pernah dilakukan seperti lobotomy, kastrasi, terapi setrum, induksi muntah, yang lebih modern ada pemberian hormon. Pencegahan merupakan hal utama yang dapat dilakukan agar seseorang tidak menjadi LGBT.
Walaupun tidak ada agama yang memperbolehkan LGBT setidaknya kita tidak men-judge apalagi tidak memanusiakan orang lain. Mungkin orang tersebut menjadi seperti itu bukan kehendak dari mereka sendiri, mungkin paksaan dari lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan hidup, luka dari perjalanan hidup yang traumatis. Merangkul mereka yang membutuhkan akan lebih baik daripada menghujat apalagi menghakimi. After all we’re human, we need each other.

“Hate the sin, not the sinner.
People can still change to be better”

Daftar Pustaka
Susan D. Cochran, et al. WHO Policy & Practice “Proposed declassification of disease categories related to sexual orientation in the International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD-11)”. 2014. https://www.who.int/bulletin/volumes/92/9/14-135541.pdf diakses 25 April 2020 pukul 00:43
Mochamad I. Nurmansyah, et al. Role of Family, Society and Media as a Source of Information on Reproductive Health Amongst University Students. 2012.
Resmiwaty. JURNAL ACADEMICA Fisip Untad Vol I “KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA SOSIALISASI KESEHATAN REPRODUKSI”. 2009.
Quran Surat Al-A’raf Ayat 80

Penulis : MUCHAMMAD SULTHON YASSAR TAWASULLOH | 21601101084



Corona hilang masalah datang

Disaat pandemi Virus Corona ini pemerintah telah mengajurkan bagi seluruh warga untuk melakukan segala aktifitas dirumah, seperti misalnya bekerja, beribadah, olahraga, serta aktivitas lainnya yang dapat dilakukan tanpa perlu keluar dari rumah demi mencegah rantai penularan dari virus ini. Namun apakah saat melakukan aktifitas dirumah dapat menjamin kegiatan fisik kita sama seperti saat menjalani aktifitas diluar rumah?
Yuk bahas seberapa penting sebenarnya melakukan olahraga minimal sehari sekali agar disaat kita menjalani aktifitas dari rumah ini, terdapat beberapa ancaman permasalahan yang terjadi apabila kita jarang berolahraga terlebih pada saat ini diberlakukan kebijakan seperti ini. Adapun beberapa masalah penyakit yang dapat mendatangi kita akibat jarang berolahraga, antara lain;

Gangguan pola tidur
Apabila tubuh kurang gerak seperti jarang berolahraga, maka hanya sedikit energi yang terpakai oleh tubuh. Akibatnya kita akan mudah terjaga lebih lama, atau mungkin sepanjang malam saat waktunya tidur karena kelebihan energi yang tidak tersalurkan.
Penambahan berat badan
Disaat kita jarang berolahraga maka jumlah kalori yang terbakar akan lebih sedikit, akibatnya kelebihan kalori tersebut dapat menjadikan tumpukan lemak sehingga otomatis berat badan kita juga ikut bertambah. Maka dari itu olahraga diperlukan supaya kalori dan lemak didalam tubuh dapat berkurang.
Memicu stress
Olahraga dapat melepaskan hormone endorphin dimana hormone tersebut dapat membuat suasana hati kita dapat lebih bahagia atau merasa lebih baik, disaat jarang berolahraga maka hormone tersebut jarang dikeluarkan akibatnya lama kelamaan dapat memicu stress
Osteoporosis
Disaat kita jarang melakukan olahraga atau aktifitas fisik maka sama saja kita jarang melatih otot dan tulang, akibatnya apabila terlalu lama tidak dilatih maka kemampuan otot dan tulang kita dapat melemah dan tidak dapat dipungkiri resiko  osteoporosis semakin tinggi
Metabolisme yang lambat
Apabila olahraga dapat mempercepat metabolisme dalam tubuh, maka sebaliknya apabila kita jarang berolahraga maka metabolism itu akan melambat. Adapun resiko melambatnya metabolism antara lain seperti peningkatan berat badan, peningkatan factor resiko penyakit, dan sebagainya

Maka dari itu kesehatan sangat penting bagi manusia, karena kesehatan merupakan anugrah dari Allah dan kita sangat membutuhkan kondisi kesehatan yang baik, setiap manusia akan sulit dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Salah satu cara agar kesehatan tetap terjaga dengan baik adalah melalui olahraga yang rutin dan teratur. Partisipasi masyarakat disaat melawan pandemic virus corona ini dalam melakukan kegiatan olahraga diharapkan semakin meningkat seiring berjalannya waktu karena peran olahraga ini sangat penting dalam mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas fisik yang baik sudah tidak diragukan lagi. Selain bermanfaat untuk jasmani, olahraga juga berperan dalam pengembangan karakter bangsa.

Thai Health Promotion Foundation. Physical Activity and Sport for Health. Diakses dari: http://en.thaihealth.or.th/plans/exercise.
Farhan. (2011). Olahraga Berperan Tingkatkan Kualitas SDM. Diakses dari: http://www.garutkab.go.id/pub/news/plain/6305-olahraga-berperan-tingkatkankualitas-sdm/, tanggal 7
Mei 2013. Kusnan. (2013). Olahraga dalam Membangun Kualitas Sumber Daya yang Sehat dan Bugar. Diakses dari: http://www.stkippgrismp.ac.id/olah-raga-dalam-membangunkualitas-sumber-daya-yang-sehat-ketahanan-tubuh-terhadap-penyakit-danbugar/, tanggal 7 Mei 2013.


Nama ; Dicky Firmansyah
NIM ; 21601101089