Psoriasis Pada Kulit
Kepala Dapat Diperburuk Oleh Stres Psikologis
Psoriasis adalah
penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema
berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilat. Penyakit ini tidak menular, tidak menyebabkan kematian tapi dapat menyebabkan
gangguan kosmetik karena mempengaruhi penderita secara kejiwaan akibat
perubahan kulit berupa sisik yang tebal. Serta dapat menginfeksi semua ras,
jenis kelamin dan biasanya terjadi pada dewasa muda (antara 20-59 tahun) dan jarang pada bayi serta
usia lanjut. Psoriasis tidak hanya bisa terjadi di
bagian luar siku, lutut, atau kuku, tapi juga bisa muncul di kulit kepala.
Pada penderita psoriasis
kadang-kadang merasa nyeri, tidak nyaman, gatal-gatal, kulit kering, mengelupas,
dan kemerahan. Adapun penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui dengan
pasti dan diduga berhubungan dengan stres psikologis, infeksi fokal, trauma
mekanik, gangguan hormonal sebagai faktor pencetus. Namun yang jelas, terjadinya
kelainan kulit pada penyakit ini disebabkan oleh waktu paruh regenerasi kulit
yang memendek atau siklus sel lebih cepat (berlangsung 3-4 hari), sedangkan
pada kulit orang normal (28-30 hari) yang diduga diperantarai oleh mekanisme
autoimun. Akibatnya sel-sel kulit baru menumpuk di permukaan kulit dan membentuk
plak-plak kering kemerahan, bersisik tebal dan lebar seperti ketombe.
Prevalensi
psoriasis di Indonesia sendiri belum terdapat data mengenai epidemiologi dari
psoriasis. Psoriasis merupakan penyakit kronik berulang, dapat mengganggu
penderita dari segi penampilan fisik secara psikologis, yang dapat berdampak menurunkan
kualitas hidup pasien berupa terganggunya kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup
adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks
budaya dan sistem nilai yang dianutnya, berhubungan dengan kesehatan fisik,
sosial dan psikologis. Pada pasien psoriasis, mereka memiliki kesulitan dalam
emosi yang terlihat dari kesulitan berpenampilan, merasa rendah diri, dan
merasa malu. Penderita psoriasis yang mendapat tekanan, akan menyebabkan stres psikologis, frustasi dan kecemasan. Sebab
diketahui fungsi kulit penting dalam kehidupan manusia mempengaruhi citra tubuh
harga diri.
Tingkat
kepercayaan diri yang rendah pada penderita psoriasis dapat disebabkan oleh derajat
keparahan yang semakin tinggi dan persepsi yang buruk bahwa psoriasis merupakan
penyakit yang parah. Penyebab dari derajat keparahan dapat disebabkan oleh
penanganan pengobatan yang tidak adekuat, perhatian keluarga dan pasangan yang
kurang, infeksi. Penanganan pengobatan yang tidak adekuat akan menyebabkan
terjadinya ketidakpuasan terapi dan stress pada penderita psoriasis sehingga
akan memperberat derajat. Dimana, hingga saat ini belum ditemukan pengobatan
mutakhir yang memuaskan penderita.
Memperhatikan
tanda dan gejala biasanya membutuhkan terapi seumur hidup, sebab penyakit ini
biasanya menjadi lebih berat dari waktu ke waktu. Sebaiknya
penderita menghindari stress dengan cara bersosialisasi baik dengan lingkungan
dan segera berkonsultasi ke dokter bila timbul skuama yang tebal. Kemudian,
penderita dapat melakukan beberapa hal agar tingkat kepercayaan dirinya
membaik, yaitu saling menceritakan keadaan diri mereka kepada sesama penderita
psoriasis, bergabung dengan kelompok yang aktif di bidang psoriasis, dan
menemui seorang profesional seperti psikiater untuk membenahi pikiran dan dari
pikiran inilah mampu untuk mengontrol kondisi tubuh. Perhatian keluarga dan
pasangan yang diberikan akan menjadi semangat bagi penderita psoriasis sehingga
akan timbul motivasi sembuh dan derajat keparahan pun tidak bertambah parah.
Referensi :
Aprilliana, K. F. and Mutiara, H.
(2017) ‘Psoriasis Vulgaris Pada Laki-laki 46 Tahun’, Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, 4, pp. 160–166.
http://repository.lppm.unila.ac.id/5233/1/1568-2280-1-PB.pdf.
Diakses pada 23 April 2020.
Sinaga, D.
(2013) ‘Pengaruh stress psikologis terhadap pasien psoriasis’, Jurnal Ilmiah
WIDYA, 1(1), pp. 129–134.
Wardhana, M. (2012) ‘Stres
psikologis pada pasien psoriasis: suatu kajian psikoneuroimunologi’, Mdvi,
39(1), pp. 10–14.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4fb3349ccc6bac9de428a705cb0fa58d.pdf
Diakses pada 23 April 2020.
Penulis : SOFIA NISSA AULIYA | 21601101107
Ijin bertanya
BalasHapusperkenalkan nama saya Muchammad Sulthon Yassar Tawasulloh NIM 21601101084
apakah psoriasis dapat di cegah?
Terimakasih