Hindari
STRES, Hindari Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit
kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan karena
menurunnya fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner
(PJK), penyakit gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Kasus peyakit jantung
koroner banyak dijumpai di negara berkembang maupun negara maju. Penyakit ini
menjadi ancaman bagi seluruh manusia dan menjadi penyebab kematian yang sering
dijumpai.
Menurut
data World Heart Federation (2012) jumlah penduduk dunia yang meninggal akibat
penyakit kardiovaskuler sebanyak 17,3 juta di tahun 2008. Wilayah Asia Tenggara
sendiri Indonesia menempati urutan ke-4 setelah Negara Laos, Kamboja, dan
Filiphina yang memiliki prevalensi penyakit jantung koroner.
Prevalensi
penyakit jantung koroner di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia
tahun 2013 menurut diagnosis dokter sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar
883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang sudah ada
sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Dilihat dari diagnosis
dokter, provinsi di Indonesia dengan prevalensi penyakit jantung koroner paling
tinggi yaitu provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 jiwa (0,5%) dan prevalensi
jantung koroner berdasarkan diagnosis dan adanya gejala paling banyak di
provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 jiwa (1,3%).
Penyakit
jantung koroner sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya stres.
Stres bisa muncul dari berbagai permasalahan, misalnya saja karena pekerjaan
yang menumpuk. Dalam suatu penelitian yang membuktikan hubungan stress dengan
PJK, didapatkan hasil orang yang stres beresiko 5.8 kali terkena PJK dari pada
orang yang tidak mengalami stres.
Stres
didahului dengan adanya reaksi dari sistem saraf pusat yang merespon stressor
dengan merangsang produksi hormon Adrenalin dan Katekolamin. Hormon Adrenalin
dan Katekolamin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung, serta
meningkatkan denyut jantung sehingga menyebabkan terganggunya suplai darah ke
jantung. Selain itu stres yang berkepanjangan akan menyebabkan tubuh
memproduksi hormon cortisol dalam jumlah besar. Produksi hormon cortisol dalam
jumlah besar terbukti dapat menyebabkan tubuh kehilangan fungsi kognitif dan
menyebabkan 26 daya tahan tubuh lemah.
Oleh
karena itu, untuk menghindari kejadian PJK menghindari kejadian yang dapat
menimbulkan stres. Misalnya saja, apabila pekerjaan menumpuk bisa diatasi
dengan menyusun list dan mendahulukan pekerjaan yang pengumpulannya paling
dekat. Meluangkan waktu untuk me time atau menyenangkan diri sendiri dengan
melakukan hobi atau kegiatan yang paling disukai. Mengobrol atau curhat dengan
keluarga dan orang terdekat juga bisa mengurangi beban pikiran.
Kapasitas
dan kekuatan tubuh tiap individu berbeda-beda, hanya diri sendiri yang bisa
merasakanya. Apabila tubuh sudah tidak tahan, maka istirahatlah karena
kesehatan itu yang terpenting.
Referensi
:
Yadi,
Ahmad., Andri Dwi Hermawan, dan Abdul Ridha. 2014. Faktor Gaya Hidup Dan Stres
Yang Beresiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat
Jalan. http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JJUM/article/view/101
Diakses pada 16 April 2020
Farahdika, A., dan Mahalul Azam. 2015. Faktor Resiko Yang
Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Usia Dewasa Madya (41-60
Tahun) (Studi Kasus di RS Umum Daerah Kota Semarang). Unnes Journal of
Public Health, 4(2). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/5188
Diakses pada 16 April 2020
Bertalina,
dan Suryani AN. 2017. Hubungan Asupan Natrium, Gaya Hidup Dan Tekanan Darah
Pada Pnederita Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan Politektik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Tanjung Karang, vol 8(2):240-249. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/467
Diakses pada 16 April 2020
Menteri
Kesehatan Republik Indonesia 2012. Penyakit Tidak Menular. https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/buletin-ptm.pdf
Diakses pada 16 April 2020
Penulis : Risna Bekty K | 21601101043
Artikelnya sangat menarik bagus kak, izin bertanya saat ini kan sedang terjadi masa pamdemi dan tingkat stres akan meningkat karena banyak masalah yang dihadapi nah bagaimana untuk menghindari stres pada masa pandemi ini untuk menghindari penyakit jantung koroner ini, terimakasih kak
BalasHapus(Laili Liutammima/21601101094)
Terimakasih Laili atas pertanyaannya. Saya akan mencoba menjawab.
HapusDalam keadaan pandemi ini memang bisa memicu timbulnya stres, dimana stres merupakan faktor resiko PJK. Jadi untuk mengurangi faktor resiko stres tersebut selama pandemi kita bisa melakukan kegiatan yang meyenangkan, seperti melaukan "me time" untuk merilekskan pikiran. Apalagi dengan stay at home ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan dirumah dengan keluarga, seperti : memasak makanan kesukaan bersama keluarga, melakukan permainan yang bisa dilakukan dirumah, atau bersantai dan mengobrol bersama keluarga. Mungkin hal-hal[ tersebut bisa dil[akukan untuk mengurangi rasa bosan dan stres karena pandemi.
Terimakasih :)
Assalamualaikum wr wb, artikelnya sangat menarik dan bermanfaat terimakasih banyak kak Risna. Saya Deanita YM Nim 21601101073. Saya ingin bertanya.. bagaimana jika stress yang terjadi selain akibat dari tugas/pekerjaan yg menumpuk juga diakibatkan oleh stress akibat overthinking, bagaimana cara menghindarinya? Menurut pendapat dari kak Risna bagaimana? Terimakasih banyak, wassalamualaikum wr wb.
BalasHapus*Agar terhindar dari pjk kak
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWaalaikumsalam wr.wb.
HapusBaik, terimakasih Deanita atas pertanyaannya.
Saya akan mencoba menjawab. Jadi pikiran seseorang tu dikendalikan dari dalam dirinya sendiri. Ovethinking atau berpikir berlebihan ini bisa diatasi dengan beberapa cara :
- Menyadari kekurangan diri sendiri, jadi semisal overthinking karena kesalahan yang dibuat kita bisa memakluminya karena itu memnag kekurangan kita dan kita bisa memperbaikinya pelan-pelan
- Mengurangi menggunaan sosial media. verthinking bisa muncul karena melihan update sosial media seseorang yang terkesan menyindir sehingga muncul pikiran bahwa itu adalah salah kita yang dimana hal itu belum tentu benar, jadi kita harus selalu berpikir positif.
- Melakukan kegiatan untuk merileksasikan pikiran. Hal in bisa dilakukan dengan melakukan yoga untuk merilekskan pikiran dan badan.
- Disituasi pandemi ini pasti banyak masyarakat yang overthinking tentang covid-19. Maka dari itu bisa menggunakan internet/media sosial untuk mencari info penting tentang coid-19 dan mengikuti arahan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini.
Itu yang dapat saya sampaiakn, ada kurangnya mohon maaf
Terimakasih :)
Artikelnya menarik dan sangat bermanfaat, izin bertanya pada masa ini banyak macam olahraga dan alat olahraga yg sudah beredar. Untuk itu adakah olahraga yg bisa untuk dilakukan pencegahan ataupun untuk rutinitas harian pada pasien yg sudah terkena PJK. Terimakasih risna
BalasHapusIlma zulfa fatmawati 21601101019
Baik, terimakasih Ilma atas pertanyaannya.
HapusSaya akan mencoba menjawab. Jadi olahraga adalah salah satu pencegahan atau penanganan untuk kasus penyakit jantung kororner (PJK). Bentuk olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat isotonic, yaitu jenis gerak badan yang melibatkan otot besar yang tidak melakukan tekanan dan bersifat kontinyu. Contohnya : bersepeda, berenang, jalan kaki, senam aerobik ringan. Melalui olahraga yang teratur dapat meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Hal ini memungkinkan seseorang tidak merasa lelah dan akan melebarkan pembuluh darah jantung (arteri koronaria) sehingga aliran darah lebih lancar, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan tekanan darah, yang merupakan faktor-faktor utama PJK.
Itu yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon maf.
Terimakasih :)
Assalamualaikum saudara Risna.. Mau nanya ni, terkait stress menyebabkan penyakit PJK. Saya mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi swasta. Disana banyak sekali tugas yang membuat saya bisa jadi stress.. Pertanyaanya, apa yang bisa menyebabkan pjk selain stress? Soalnya menurut saya stress itu termasuk normal dalam kehidupan (jika sewajarnya). Soalnya saya ingin menghindari faktor resiko pjk yang lain, terima kasihh
BalasHapusAhmad Zaki Azzam 21601101047
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWassalamu'alaikum wr.wb.
HapusBaik, terimakasih Zaki atas pertanyaanya
Stres tergantung ke individu masing-masing, ada individu yang mampu menghadapi segala permasalahan tanpa mengalami stres dan ada juga individu yang terkena masalah kecil saja sudah merasa stre atau kebingunga.
Faktor resiko PJK ada yang bisa dimodifikasi dan ada yang tidak dimodifikasi. Untuk faktor yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia. Sedangkan untuk faktor yang tidak dapat dimodifikasi dapat meningkatkan risiko PJK yaitu usia (Bare & smeltzer, 2010; Solimene, M. C. 2010; A. Nugraha, E. Kusnadi, and S. Subagja, 2016).
Itu yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon maaf
Terimakasih :)
hihi, terima kasih ya Risna
HapusIya sama-sama Zaki :)
HapusAssalamu'alaikum wr wb. Artikelnya sangat informatif. Saya izin bertanya, ketika PJK mengalami serangan tiba-tiba, dan orang tersebut bukan dari kalangan medis bagaimana penanganan awal dalam serangan jantung yang terjadi?. Karena sebagian besar masyarakat masih tidak tahu bagaimana tindakan pertama menolong orang yang mengalami serangan jantung. Terimakasih .
BalasHapus(21601101032/Ade Maulia Firdani)
Waalaikumsalam wr.wb.
HapusBaik, terimakasih Ade untuk pertanyaannya.
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar nomor satu di dunia. Pada orang dewasa, penyakit jantung yang paling sering ditemui ialah penyakit jantung koroner dan gagaljantung.Pada kondisi kejadian di luar rumah sakit, maka sangat diperlukan penolong dari masyarakat yang sudah dilatih untuk bisa memberikan bantuan hidup dasar (BLS). Oleh karena itu, masyarakat harus dilatih untuk bisa mengenali dan memberikan pertolongan pertama korban henti jantung, dan juga dilatih untuk menghubungi petugas medis agar bantuan segera datang.Saat kejadian berlangsung asyarakat bisa memberi pertolongan pertama (BLS) dan segera menghubungi petugas ambulan. Pertolongan lebih lanjut akan dilakukan oleh
petugas ambulan yang menangani pasien dari lokasi dan selama transportasi ke UGD, dilanjutkan oleh petugas medis di UGD.
Itu yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon maaf
Terimakasih :)
terima kasih Risna artikelnya sangat menarik. saya izin bertanya, menurut anda bagaimana sih indikator orang tersebut dapat dibilang stres? dan stres seperti apa yang mungkin bisa mempengaruhi kesehatan atau bahkan dapat menjadi pemicu pjk? karena menurut saya penilaian stres itu sangat subjektif. terima kasih.
BalasHapus(Adinda Izzati Lalita/21601101077)
Baik, terimakasih Adinda untuk pertanyaannya.
HapusIndikator pengukuran tingkat stres atau depresi ada dijelaskan dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), yang salah satu diantaranya seperti : perubahan mood atau kesenangan, afek depresi (emosional), gangguan makan, gangguan tidur, hilangnya semangat, dan lainnya. Tingkat seseorang dalam menghadapi stres ini berbeda-beda, ada orang yang memiliki banyak faktor pemicu stres tapi dia tidak mengalami stres karena dia mampu mengadapinya. Ada juga seseorang yang terkena sedikit faktor pemicu stres sudah mengalami stres yang berat.
Stres dalam bentuk apapun bisa memicu terjadinya PJK. Seperti yang dijelaskan dalam artikel bahwa stres didahului dengan adanya reaksi dari sistem saraf pusat yang merespon stressor dengan merangsang produksi hormon Adrenalin dan Katekolamin. Hormon Adrenalin dan Katekolamin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung, serta meningkatkan denyut jantung sehingga menyebabkan terganggunya suplai darah ke jantung. Jadi, sebisa mungkin untuk menghindari stres terutama orang-orang yang juga memiliki faktor resiko PJK yang lain.
Itu yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon maaf.
Terimakasih :)
Terimakasih atas artikel yang informatif. Izin bertanya untuk saudari risna. Apakah stress pada anak atau remaja juga bisa menjadi faktor terjadinya pjk? Atau mungkin umur menjadi faktor sendiri terkait pjk?
BalasHapusTerimakasih
(denis septian/21601101028)
Baik, terimakasih Denis unt[uk pertanyaannya.
HapusStres sebagai faktor resiko PJK dalam artikel ini diarahkan untuk usia mulai 35 tahun ke atas. Dan memang benar usia juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya PJK. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi dapat meningkatkan risiko PJK yaitu usia (Bare & Smeltzer, 2010). PJK mulai berkembang pada pria dan wanita berusia 35 sampai 45 tahun dengan rata-rata usia pria dan wanita mempunyai serangan pertama PJK masing-masing 65,8 dan 70,4 (Kavita Sharma, Martha Gulati, 2013; Solimene, M. C, 2010). Insiden PJK pada wanita berkembang dengan cepat pada usia pertengahan di bandingkan pria karena menopause. Dalam sebuah penelitian prospective wanita menopause berusia > 55 tahun 2 kali lipat berisiko tinggi penyakit jantung dibandingkan wanita premenopause (Garcia, M., Mulvagh, S. L., Merz, C. N. B., Buring, J. E., & Manson, J. E,2016.
Itu yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon maaf.
Terimaksih :)