Minggu, 12 April 2020



Mewujudkan keluarga sehat melalui penanganan penyakit TBC

Program Indonesia sehat ialah program agenda ke 5 nawa ciya yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hdup masyarakat Indonesia. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama dengan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional. Pendekatan ini dilakukan dengan dua belas dalam Indikator Keluarga Sehat. Indikator-indikator tersebut adalah keluarga mengikuti KB, Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, bayi diberi  ASI eksklusif selama 6 bulan, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita tiap bulan, penderita TBC paru berobat sesuai standar, penderita hipertensi berobat teratur, gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan, tidak ada anggota keluarga yang merokok, keluarga mempunyai akses terhadap air bersih Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat, dan sekeluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional.
Artikel ini lebih focus mengenai  Tuberculosis.  Tuberkulosis (TBC) ialah  penyakit yang menular di sebabkan oleh bakteri myobacterium tuberkulosis yang mampu menyerang paru namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Indoesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan banyaknya pasien TBC dan saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TBC yaitu TBC resisten obat (multi drug resistance/MDR).  Untuk menanggulangi penyakit TBC dan pengobatannya secara standart maka langkah pertama ialah  Identifikasi terduga TBC di antara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu hamil. Suspek atau terduga TBC adalah seseorang dengan gejala atau tanda TBC batuk 2 minggu atau lebih dapat diikuti dengan gejala lain yaitu dahak bercampur darah,sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam. Kedua tugas tingkat kesehatan tingkat 1 yaitu puskesmas ialah memfasilitasi terduga TBC atau pasien TBC untuk mengakses pelayanan TBC yang sesuai standar yang ada.
Ketiga ialah pemberian informasi terkait pengendalian infeksi TBC kepada anggota keluarga dan masyarakat, maka perlu di jelaskan kembali kepada keluarga pasien dan dapat puskesmmas melakukan promosi kesehatan di masyarakat mengenai cara penularan penyait TBC bisa melalui droplet dari orang yang terkena TBC maka untuk pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku etika berbatuk, Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat, Peningkatan daya tahan tubuh,  pencegahan dan pengendalian infeksi TBCC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan, serta adanya promosi oleh kader PKK tentang pengobatan paru dengan pihak terkait kemenkes / pemda. Ke empat Pengawasan kepatuhan pengobatan TBC melalui Pengawas Menelan Obat (PMO) sesuai dengan ketentuan yang ada serta memberitahukan kepada pasien selama pengobatan tidak di perbolehkan untuk berhenti sendiri ditengah jalan harus mengikuti saran dari dokter saat control kembali dan dokter mampu menjelaskan tentang pengobatan yang benar kepada pasien.
Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan mendapatkan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Vaksin BCG umumnya diberikan saat bayi karena dapat mencegah terinfeksi TBC saat usia anak-anak. Selain itu, pencegahan TBC dapat dilakukan oleh seseorang yang terinfeksi TBC dengan cara minum obat secara rutin hingga tuntas. Oleh sebab itu Mari stop TBC dengan melakukan pengobatan hingga tuntas dan membawa anak anda untuk mendapatkan vaksin BCG

Created by Dewi Damayanti | 21601101020

Sumber :
1. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016 ; 19-55
2. Wanda Ayu. Mewujudkan Indonesia yang Sehat Lewat Pendekatan Keluarga. Online 2020 April 11.
3. Marlina Indah . Dicari Para Pemimpin untuk Dunia Bebas TBC.  Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. Online 2020 April 11.

15 komentar:

  1. Terimakasih ijin untuk bertanya, kalau tidak salah di artikel di jelaskan salah satu penanganan TBC dengan pemberiam vaksin BCG? nah yang ingin saya tanyakan, kenapa pada anak2 atau orang2 pada umumnya yang mereka sudah mendapatkan vaksin sejak dini, masih tetap bisa terkena TBC? Dan apa fungsi dan efekifnya vaksin BCG ini? Apakah ada jangka waktu tertentu atau bagaimana,
    Intinya bagaimana bisa anak yg sudah di vaksin BCG bisa terkena TBC? Dan seperti apa efektifnya vaksin BCG terhadap TBC
    Terimakasih 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. kenapa pada anak2 atau orang2 pada umumnya yang mereka sudah mendapatkan vaksin sejak dini, masih tetap bisa terkena TBC? apa fungsi dan efekifnya vaksin BCG ini?
      vaksinasi atau Imunisasi BCG merupakan salah satu upaya
      preventif pemerintah mencegah kejadian angka peningkatan pasien TBC seperti penelitian imunisasi BCG dalam memengaruhi menurunkan kejadian TB paru pada anak di Kota Sukabumi. Tetapi kalau ada orang yang melakukan vaksinasi atau imunisasi BCG bukan berarti sudah sepenuhnya terhindar dari TBC karena masih terkena TBC tetapi dengan kondisi tidak terlalu berat seperti orang belum vaksinasi atau imunisasi BCG karena sifat imunisasi atau vaksinasi itu berupayah mencegah penyakit tersebut dan faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor lingkungan sekitarnya.

      2. Apakah ada jangka waktu tertentu atau bagaimana?
      vaksinasi atau imunisasi BCG dilakukan 1x seumur hidup. paling efektif di berikan pada saat sebelum usianya 3 bulan kalau lebih dari 3 bulan belum vaksinasi dan ingin vaksinasi maka di anjurkan lakukan uji tuberkulin dahulu baru vaksinasi BCG

      Hapus
  2. Assalamualaikum wr wb. Terimaksih kak atas artikelnya, sangat informatif dan menambah wawasan.
    Perkenalkan saya Keke Anggun Indira Y (21601101097) izin bertanya mengenai artikel kakak, saya ingin tanya untuk kasus TBC pemeriksaan apa yang harus dilakukan untuk penegakan diagnosanya lalu bagaimana interpretasi hasilnya kak? Terimakasih sebelumnya kakk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. erimakasih atas pertanyaannya
      kalau ada pasien dengan kriteria yang menuju ke TB , diagnosis ditegakkan oleh dokter berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
      1. pemeriksaan fisik
      Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/ suara napas melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

      2. pemeriksaan penunjang
      pemeriksaan penunjang
      a. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/BTA) ataukultur kuman dari spesimen sputum/dahak sewaktu-pagi- sewaktu. intrepertasi hasilnya kalau didapatkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
      b. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
      intrepertasi hasilnya pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).

      Hapus
  3. Assalamualaikum wr wb
    Saya M. Alfian Akrama A.
    Nim 21601101109

    Izin bertanya...
    Penulis menyebutkan bahwasanya kita harus melakukan pengobatan tbc ini dengan tuntas...
    Namun penulis belum menyebutkan...
    Bagaimana caranya bisa membuat pasien patun untuk minum obat?
    Karena kita ketahui bahwa sekali saja pasien tidak minum obat dpt menyebabkan tjdnya resistensi thd obat tersebut

    Trimakasih
    Wassalamu'alaikum wr wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau salah satu dari keluarga terkena TBC maka peran dari keluarga tersebut sangat penting dalam pengobatannya hingga tuntas. Maka saat konseling dokter mampu Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit tuberkulosis serta cara pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur kepada pasien dan keluarganya serta memberitahukan bahwa pengobatan tbc ini membutuhkan waktu , keteraturan dan kesabaran agar tidak terjadi resistensi terhadap obat dan cepat sembuh agar tidak terjadi penularan kepada keluarga lainnya.

      Hapus
  4. Assalamu'alaikum kak damay.. Saya Nabila Ainur Rochim nim 21601101053.. Terima kasih atas uploadan artikelnya.. Artikelnya menarik untuk dibaca.. Saya ingin bertanya, jika ada seorang yang terdiagnosis TBC dan sudah periksa ke fasyankes, namun orang tersebut tidak mengkonsumsi obat yang diberikan dokter secara rutin, apakah ada penyakit komplikasi yang akan timbul pada penderita tersebut? Terima kasih.. Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya
      Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai dengan standar DOTS juga dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis kuman TB yang lebih kuat, yang dikenal dengan Multi Drug Resistant (MDR-TB). Pengobatan MDR-TB membutuhkan biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.

      Hapus
  5. Assalamualaikum wr wb, Saya Deanita Y. M. (21601101073). Terimakasih artikelnya kak Damay. Saya ingin bertanya.. untuk standar rumah sehat itu bagaimana kak? Bagaimana dengan orang-orang yang tinggal di perkampungan yang kumuh dengan status ekomoni di bawah rata rata, menurut pendapat kak Damay apakah ada solusinya? Jika ada bagaimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih deanita sudah bertanya

      pertanyaan pertaa mungkin maksud pertanyaan deanita standar rumah sehat untuk pasien tb itu bagaimana? untuk pertanyaan ini kita melihat Menurut Depkes RI (2002) dan menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association), rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
      1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
      2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
      3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
      4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah

      pertanyaan kedua orang-orang yang tinggal di perkampungan yang kumuh dengan status ekomoni di bawah rata rata?
      menurut pendapat saya inilah pentingnya adanya kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan agar didaerah perkampungan kumuh memahami pentingnya membuat rumah sehat agar mencegah dan melindungi dari suatu wabah atau penyakit.

      Hapus
  6. Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh. Saya Zaza Saskia A.W.(21601101068). Terima kasih, artikel nya menarik. Saya izin bertanya, misal sebagai seorang dokter keluarga, apa strategi upaya yang baik yg bisa dilakukan dalam menggalakan/mengajak masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC ini? Terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya
      strategi upaya yang baik bisa dilakukan dalam menggalakan atau mengajak masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian faktor resiko dengan cara memberikan edukasi, promosi kesehatan mengenai apa itu penyakit tbc, penyebabnya , cara penularannya, cara mencegahnya, cara merawat anggota keluarga bila ada yang terkena tbc agar tidak tertulasr, memberitahukan info mengenai pentingnya pengobatan tbc yang harus membutuhkan konseling ,konsisten ,sabar.

      Hapus
  7. Assalamualaikum Warrahmatullah, saya Denatha Bagus 21601101030, mau tanya apa saja sih realisasi program pemerintah yang serius dalam menuntaskan TB di Indonesia, dan saya pernah denger WHO memberikan dana bantuan TB apa bener? Itu saja pertanyaan saya, makasii

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Pemerintah Indonesia melakukan mengakselerasi untuk upaya eliminasi TBC yang ditagerkan pada tahun 2030. Akselerasi itu dilakukan melalui akses pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan layanan kesehatan bagi seluruh penderita TBC, serta meningkatkan pendanaan program TBC yang berkelanjutan dan mandiri. antara lain, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dimana pemerintah daerah diwajibkan untuk mengalokasikan dana daerah yang memadai. Kemudian melakukan promosi kesehatan deteksi kasus TBC secara aktif melalui pendekatan keluarga.
      Terobosan lainnya yakni penguatan sistem surveilans dengan menghubungkan sistem informasi TBC dan sistem informasi fasilitas pelayanan kesehatan, pengembangan respons cepat untuk akses terhadap alat diagnostik dan obat-obatan, meningkatkan secara maksimal manfaat dari Jaminan Kesehatan dengan melakukan sinkronisasi layanan pengobatan TBC dengan JKN, dan penguatan penelitian dan pengembangan terkait pencegahan dan pengendalian TBC.

      2. untuk pertanyaan yang WHO memberikan dana bantuan TB saya minta maaf saya belum bisa menjawabnya karena sampai sekarang saya belum mendapatkan berita yang valid sampai sekarang.

      Hapus