WARGA INDONESIA HARUS BERFIKIR POSITIF DAN SIAP
MENSUPPORT PASIEN COVID 19
Virus
corona atau COVID 19 kini menjadi masalah kesehatan dunia, bahkan WHO
menetapkan COVID 19 sebagai pandemi sampai saat ini. Dengan banyaknya perubahan
perilaku dan suasana saat ini, ditambah lagi dengan ketidakpastian kapan
pandemi ini akan berakhir wajar bila merasa resah, bingung, cemas, takut,
bahkan marah. Disaat seperti ini, penting untuk menjaga kesehatan baik fisik
maupun mental karena virus ini tidak
hanya menyebabkan gejala dan penyakit fisik saja. Akan tetapi, juga memberikan
dampak psikologis pada penderita maupun masyarakat umum.
Dukungan
kesehatan jiwa dan psikososial (DKJSP) sangat diperlukan dengan tujuan
melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan atau menangani
kondisi kesehatan jiwa. Adanya mekanisme yang mendasari bahwa penurunan sistem
imun tubuh dipengaruhi stress yang berlebih membuat orang tersebut menjadi imunokompromais. Akibatnya, orang
tersebut rentang terinfeksi virus corona dan orang yang sudah terkena virus
akan lama sembuhnya karena sistem tubuhnya tidak berfungsi secara maksimal.
Menurut
Rini Setyowati, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa dampak psikologis bagi
penderita bisa dirasakan seperti perasaan tertekan, stress, cemas saat
didiagnosis positif COVID 19. Bahkan penderita bisa merasakan cemas atau
khawatir secara berlebihan jika masyarakat berusaha mengucilkan dilingkungan
sekitarnya.
Pada
kondisi seperti ini, masyarakat bisa membantu dan memberikan dukungan ditengah
kesulitan seperti sekarang ini. Bentuk dukungan kepada pasien COVID 19 yang
mungkin anda bisa tiru.
1) Memaksimalkan
penggunaan teknologi
Anda bisa berkomunikasi baik dengan
video atau hanya suara dan berkirim pesan. Biarkan orang tersebut tahu kalau
dia tidak sendirian tetapi dia didukung semua orang. Jadilah pendengar yang
baik dan selalu beri perhatian kepada mereka disaat senang atau sedih. Jangan
menggunakan bahasa apapun yang besifat menghakimi dan membuat makin cemas.
2) Mengirimkan
sesuatu
Salah satu yang bisa dilakukan adalah memberikan
sesuatu. Memberikan sesuatu merupakan tanda dukungan dan tanda kasih sayang
kepada pasien. Barang tersebut bisa bunga, kartu ucapan ataupun barang yang
mereka butuhkan.
3) Doakan
yang terbaik
Mendoakan merupakan para suatu dukungan spiritual
mereka agar tetap semangat dalam menjalani hidup dan menghilangkan duka
mendalam bagi pasien yang ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya akibat
COVID 19
4) Berikan
kata-kata motivasi
Kata-kata motivasi bisa berisi harapan, keyakinan,
kekuatan, maupun ucapan positif. Pilihlah kata-kata motivasi yang merefleksikan
kekuatan dan harapan penuh kedepan agar mereka termotivasi untuk sembuh.
Tidak
hanya pasien COVID 19 saja yang menjadi perhatian, tetapi seluruh masyarakat juga
ambil peran dalam pemutusan rantai penularan COVID 19 seperti melakukan physical distancing. Agar masyarakat
tidak bosan, cemas, dan stress. Masyarakat bisa memanfaatkan teknologi untuk
tetap bersilaturahmi seperti sambungan telepon, video call, atau melalui media
sosial. Masyarakat pun boleh bertukar sapa atau mengobrol dengan tetangga tapi
hindari kontak fisik seperti bersalaman atau berpelukan.
Selain
bersosialisasi yang dijelaskan tadi untuk mencegah stress, masyarakat bisa membatasi
konsumsi berita. Caranya batasi waktu untuk mencari informasi mengenai virus
corona. Jangan habiskan waktu didepan TV atau jangan terus mencari informasi
dan alihkan perhatian dan energi anda pada aktivitas yang menenangkan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
1. IASC,
2020. Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah COVID 19 Versi
1.0
2. Website
resmi tentang COVID 19 https://www.covid19.go.id/ diakses pada tanggal
19 April 2020 pukul 22:30
3. PDPI
(2020). Pneumonia COVID 19. Diagnosis dan Tatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Kementrian RI
Penulis
: Ahmad Zaki Azzam/ 21601101047
Artikelnya sangat bagus, menarik dan informatif kak. Izin bertanya ya kak, karena dampak covid-19 bisa dikatakan dapat mempengaruhi psikologis seseorang dan terkadang dapat menimbulkan cemas / khawatir secara berlebihan atau stress, lalu bagaimana cara mengurangi hal tersebut agar tidak stress? Terimakasih
BalasHapusKeke Anggun Indira Yosela / 21601101097
Hai Keke.. terkait dengan pengurangan stres langkah dasar yang paling utama adalah hindari hal-hal yang mengundang kepanikan. Hal ini sudah disinggung di atikel saya bahwa mencari-cari kebenaran atau bahkan hoak tentang covid 19 menyebabkan kegelisahan dan ketegangan yang bertambah. Bisa juga dilakukan kegiatan-kegiatan yang positif menghilangkan stres. Jika sudah merasa gejala psikosomatik (psikomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran mempengaruhi tubuh hingga memicu timbulnya keluhan fisik tanpa adanya penyakit) seperti kecemasan, nyeri dada, sesak nafas, dll anda bisa konsultasi dengan dokter untuk ditangani lebih lanjut.
HapusJika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii
Terimakasih untuk artikelnya ijin bertanya zam (muhammad iqbal sugiharto/21601101066)
BalasHapusYg ingin saya tanyakan, setiap kebijakan kan selalu di sampaikan oleh pemerintah, dan di saksikan oleh pubpik, bahkan media media juga ikut menayangkan/mempublikasikan, bukan hanya itu, opsi2 kebijakam juga di turunkan ke mentri, gubernur, walikota sampai kepala desa, ketua rt, anggap saja seharusnya semua orang sudah bisa menerima informasi/ dari atasan sampai masyarakat kecil/plosok, bahkan internet juga sudah merajalela, nah dari yg saya sampaikan tersebut yg ingin saya tanyakan kenapa masih ada masyarakat yg belum tau, belum mengerti, dan ada yg belum tau apa apa bahkan corona ada yg mash belum tau, contohnya di ILC, waktu tayangan ILC, nah ini yg salah di mananya ya knp pandemi seperti ini mash ada masyarakat yg belum tau tentang apa itu corona, apa itu pandemi,
Bisa di jelaskan knp informasi tidak bsa sampai ke masyarakat2 terimakasih
Terima kasih Iqbal, telah menanggapi artikel saya. Pertama-tama nih, saya tidak tau apa2 kejadian yang ada di acara ILC, saya juga mencari tapi tidak tahu apa yang dimaksud saudara Iqbal itu. Mungkin bisa share ilmu ataupun informasinya ya. Jadi, saya cuman menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan saudara Iqbal. Menurut saya, bisa jadi pemerintah sudah bersusah payah menjelaskan tentang bahaya covid 19 tetapi sang penerima informasi (masyarakat) tidak peduli dengan apa yang diinformasikan pemerintah dan bahaya dari covid19. Mungkin juga, pemerintah kurang serius akan menyebarkan informasi tersebut dan akhirnya masyarakat tidak tahu. Benar kata sdr Iqbal, kebijakan sudah diturunkan ke mentri dan lain2. Hal tersebut bertujuan untuk masyarakat untuk ambil peran seperti dengan #dirumahaja.. Jadi, jika sudah tahu kebijakannya dan bisa melakukannya, segera lakukan ya!!
HapusJika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii
Artikel yang disajikan sangat menarik,bagus dan infromatif. Saya ingin bertanya bagaimana dampak jangka panjang psikologis bagi penderita saat di diagnosis positif Covid-19 yang mengalami perasaan tertekan,stress,cemas atau khawatir berlebih apabila tidak segera di tangani lebih lanjut?
BalasHapusTerimakasih.
Audyla Sri Putri/21601101064
Hallo Audyla, terima kasih tanggapan positifnya. Sebaiknya ya kak, segera atasi stres nya itu dengan caranya sendiri atau konsultasi ke rumah sakit terdekat. Dampak jangka panjang dari stress pasien bisa terkena serangan jantung dikarenakan tubuh mengeluarkan hormon kortiso. Sebaiknya, dalam kondisi stres jangan lari ke hal yang bersifat negatif seperti merokok, makan makanan berlemak, dan lain-lain. Saya pernah mendengar berita tentang perawat di luar negeri yang mengalami stress berat hingga ingin mengakhiri hidupnya karena takut menularkan virus ataupun tak tahan dengan rasa sakitnya. Itu menurut saya puncak dari stres jika dibiarkan terus menerus bisa bikin nyawa melayang.
HapusJika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii
Artikelnya menarik dan sangat bagus. Saya ingin bertanya dari pemerintah atau instansi terkait apakah sudah ada cara pencegahan atau himbauan apa sja supaya masyarakat tetap tenang? Terlebih mengingat sebentar lagi kita akan menjalani ibadah puasa. Dimana kepanikan masyarakat meningkat mengingat takut apabila tida tenang saat beribadah dan menganggu nantinya saat idul fitri.
BalasHapusTerimakasih sebelumnya
Ilma zulfa 21601101019
Terima kasih Ilma Zulfa, saran saya pribadi nih.. cara mengurangi takut apabila orang tersebut tidak tenang saat beribadah saat puasa atau idul fitri adalah dengan beribadah #dirumahaja dan jangan berjamaah dimasjid. Dengan begitu, masyarakat tidak usah takut akan tertular disaat ibadah apalagi ada himbauan untuk melakukan ibadah untuk tidak dimasjid. Dosen saya mengatakan jika kamu sering melakukan ibadah tersebut, dan kamu sekarang terserang penyakit atau wabah seperti ini. Maka, pahala yang dihitung adalah yang biasa kamu lakukan.
HapusPencegahan penyebaran virus sudah digencar-gencarkan oleh pemerintah seperti himbauna untuk terus melakukan cuci tangan atau PHBS, melaksanakan physical distancing, apalagi sekarang pemerintah berusaha melakukan PSBB. Himbauan pun telah terus dilakukan oleh pemerintah agar tetap seperti tidak melakukan panic buying, tidak terlalu mudah termakan hoak, dan lain sebaginya.
Jika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii
Artikelnya menarik sekali kak zaki, semoga tips-tipsnya bisa mencegah saya dan teman-teman tidak stress selama physical distancing ini. Tapi kak, tdi disebutkan salah satu caranya adalah dengan memaksimalkan teknologi. yang ingin saya tanyakan bagaimana jika seseorang itu memiliki keterbatasan dalam penggunaan teknologi(gaptek) atau bahkan tidak memiliki fasilitas teknologi tersebut. terimkasih kak zaki
BalasHapusHallo Aulia, Alhamdulillah kalau dirasa artikel saya bermanfaat. Mengenai permasalahan yang Aul sampaikan, jika keinginan untuk menghilangkan rasa stres maka bisa dipilih yang lain pada artikel saya kecuali pemanfaatan teknologi. Jika tetap mau berhubungan dengan alat komunikasi elektronik, bisa dilakukan dengan hal yang sangat mudah seperti kirim SMS ataupun sekedar WA. Jika dirasa sulit, maka bisa mengirim barang-barang atau bahkan sekedar ucapan yang positif. Jika masih dirasa sulit, maka ber sabarlah dan berdoa menunggu pandemi ini berlalu, pemerintah pun juga menghimbau agar tidak mudik. Jika merasa bosan atau stres, carilah sesuatu yang menyenangkan tapi untuk dilakukan dirumah
HapusJika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii
Hai Zaki, artikelnya bagus, mau tanya boleh? Di presentasi poster publik kamu juga menjelaskan tentang jenazah covid 19 nah agak relate dengan artikel kamu juga, nah yang saya tanyakan bagaimana cara kita memahamkan stigma masyarakat tentang jenazah covid tersebut walaupun stigma yang kita hadapi tersebut kebanyakan ditentang oleh masyarakat atau istilah lainnya "bebal". Apakah ada prosedur tetap pemerintah tentang menghadapi stigma tersebut? Terima kasii sebelumnyaa
BalasHapusDenatha Bagus A.M, 21601101030
Hai juga Bang Dena, terima kasih atas pertanyaan yang saya rasa kurang pas untuk ditanyakan disini, tapi tetap akan saya jawab. Menurut saya, orang yang dianggap ‘bebal’ itu sebaiknya diberitahu tentang beberapa hal seperti 1) fakta tentang cara penularan covid 19, seperti susahnya menularkan virus tersebut atau 2) menjelaskan prosedur pemakaman agar sifat bebalnya hilang atau 3) melihat dari sisi keluarga korban, dengan harapan semoga si bebal itu punya rasa kemanusiaan kepada keluarga korban. Apabila dari ketiga ini tetap menolak, maka orang tersebut benar-benar bebal dan harus diserahkan kepada yang berwajib karena bisa menimbulkan keresahan dan timbulnya provokasi serta membuat masalah baru
HapusJika masih kurang puas atau tidak pas, bisa komentar lagii