Kamis, 16 April 2020


Apakah benar vaksin berbahaya bagi anak, cek faktanya !


Imunisasi merupakan pencegahan primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan murah. Imunisasi bukan saja dapat melindungi individu dari penyakit yang serius namun dapat juga menghindari tersebarnya penyakit menular.

Rumor negative tentang vaksin di Indonesia
Apa saja sih rumor yang salah mengenai topik pembicaraan vaksin yang sering beredar di masyarakat?, ayo kita ulas satu persatu.

1.Menjaga kebersihan diri-lingkungan dirasa cukup untuk memberantas penyakit dan peran vaksin tidak begitu penting.
è FAKTANYA : Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan. Sementara perbaikan kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang. Jika orang-orang tidak divaksinasi, penyakit yang tidak biasa ditemukan seperti campak dan polio , dapat dengan cepat timbul kembali.

2.Vaksin memiliki efek samping jangka panjang yang belum diketahui.
è FAKTANYA : Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi. Orang-orang jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin daripada karena divaksin.

3.Memberikan vaksin dengan jumlah lebih dari 1 secara  bersamaan akan menimbulkan risiko yang berbahaya bagi imunitas anak.
è FAKTANYA : Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak tersebut. Peristiwa sederhana seperti memakan makanan membuat tubuh mengenal antigen baru dan banyak bakteri yang hidup di mulut dan hidung. Seorang anak lebih banyak terpapar antigen dari selesma atau nyeri tenggorok daripada oleh vaksin. Keuntungan menerima beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi jumlah kunjungan, sehingga menghemat waktu dan uang, serta anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal.

4.Lebih baik kebal melalui penyakit daripada vaksin.
è FAKTANYA : Vaksin berinteraksi dengan sistem imun tubuh kita untuk menghasilkan respons imun yang sama dengan respons imun infeksi alamiah, tetapi vaksin tidak dapat menyebabkan sakit atau membuat seseorang menderita komplikasi.

Peneliti Imunologi dan Epidemiologi membuktikan bahwa bayi/balita yang tidak diimunisasi lengkap, tidak memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit, menderita sakit berat, menularkan ke anak lain sehingga menyebarluas dan menyebabkan wabah, serta mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Berikut jadwal imunisasi bagi anak :

Bagaimana penanganan yang tepat jika anak mengalami gejala yang timbul setelah di lakukan vaksinasi ?
Idealnya vaksin tidak menimbulkan efek samping, kalau pun ada sangat ringan. Pemberian vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan dengan cara sistem kekebalan penerima imunisasi bereaksi terhadap antigen yang ada didalam vaksin. Pada setiap individu pasti memiliki beragam reaksi tubuh yang berbeda-beda terhadap vaksin. Berikut gejala yang kadang muncul setelah pemberian vaksin beserta penanganannya :

No
Gejala
Penanganan
1.
Sakit, bengkak, kemerahan
1)      Kompres dingin pada lokasi suntikan
2)      Dapat diberikan parasetamol sesuai resep dokter
2.
Demam
1)      Berikan minum yang banyak
2)      Berikan pakaian sejuk dan nyaman
3)      Berikan parasetamol sesuai resep dokter

Berdasarkan ulasan di atas, imunisasi sangat penting dilakukan untuk melindungi tubuh anak dari penyakit serius. Dengan melakukannya secara rutin sesuai jadwal dan tahapan usianya, kekebalan tubuh anak bisa meningkat dan mampu melawan penyakit. Sehingga tenaga kesehatan dan masyarakat memiliki peran penting untuk ikut serta dalam mensukseskan program imunisasi di Indonesia.


Sumber :

WHO. Modul 3: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. https://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-reactions.html


 Penulis : Ade Maulia Firdani | 21601101032


23 komentar:

  1. Ijin bertanya
    perkenalkan nama saya Muchammad Sulthon Yassar Tawasulloh NIM 21601101084
    bagaimana cara kita memberi edukasi yang baik pada orang lain yang percaya bahwa vaksin itu berbahaya? karena menurut saya mengubah persepsi seesorang akan sesuatu itu akan sulit.
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya kak Sulthon, saya izin menjawab. Pertama kita harus berfokus pada ibunya dahulu. Hubungan yang erat antara ibu dan penyedia layanan kesehatan akan membangun kepercayaan diri ibu terhadap imunisasi itu sendiri. Imunisasi merupakan proses memberikan vaksin ke dalam tubuh bayi yang biasanya meninbulkan efek atau reaksi tertentu dari bayi sehingga hubungan saling percaya antara ibu dan petugas kesehatan memang harus
      diutamakan. Proses edukasi :

      -Edukasi mengenai imunisasi dilakukan sejak Ibu masih mengandung yaitu ketika Antenatal Care atau ketika pemeriksaan kehamilan dan Kelas Ibu Hamil. sehingga para calon ibu sdah memiliki gambaran terkait imunisasi dasar lengkap ini. Dilanjutkan dengan pemberian pengetahuan ketika selesainya proses persalinan. Dan akan ada sesi konseling individu serta mengingatkan akan jadwal imunisasi selanjutnya bersamaan dengan berjalannya kegiatan imunisasi.

      -Di dalam buku KIA terdapat penjelasan mengenai jadwal imunisasi dasar lengkap beserta table yang akan diisi dengan hasil ketika melakukan imunisasi. Sehingga ibu tidak lupa untuk mengimunisasikan anaknya ke pelayanan kesehatan.

      Hapus
    2. Sumber : Penelitian Nada Syifa (Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap terhadap Ibu Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya)

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum wr.wb. Terimasih kak artikel bagus dan menarik. Saya Risna Belty (21601101043) ingin bertanya. Kalau dilihat situasi sekarang ini, menurut saya apabila vaksin covid 19 sudah diedarkan bakalan banyak kalangan masyarakat yang akan menggunakannya meskipun ada efek samping yang kemungkinan muncul. Bahkan mungkin bisa terjadi masalah yang lain. Bagaimana cara kakak untuk menangaan apabila keadaan tersebut benar terjadi? Terimakash

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya kak Risna. Saya izin menjawab. Seperti halnya produk-produk obat lainnya, maka vaksin harus melalui uji yang ketat terhadap keamanan, imunogenitas dan efikasinya di labolatorium. Yang diujikan pada hewan percobaan dan dalam tiga fase uji klinis pada manusia sebelum diberi lisensi. Untuk proses tahap uji vaksin yaitu :

      1. Uji klinis Fase I
      2. Uji klinis Fase II
      3. Uji klinis Fase III
      4. Submission
      5. Introduction


      Setelah uji klinis fase III selesai (Submission) maka dibuat Surat permohonan ijin edar dari vaksin ini kepada Badan POM dengan melengkapi seluruh persyaratan yang diminta oleh Badan POM.

      Yang terakhir dilakukan introduksi, Introduksi vaksin baru artinya melibatkan berbagai kegiatan sampai vaksin tersebut mendapat ijin edar di pasaran untuk digunakan.

      Menurut saya, karena setelah melalui proses pengujian tersebut vaksin hanya memiliki efek samping yang kecil yang mungkin akan timbul gejala-gejala yang sudah saya jelaskan di artikel. Sehingga tidak akan memberikan efek samping yang begitu signifikan terhadap individu.

      Hapus
    2. Sumber : WHO (MODUL 1 :Introduksi keamanan vaksin)

      Hapus
  3. Assalamu'alaikum ade..
    Artikelnya bagus banget dan mudah dipahami.
    saya Ariel Brilliant Islami NIM 21601101040 ingin bertanya kepada penulis.
    Bagaimana menurut penulis tentang pemberian vaksin pada anak yang menderita HIV atau pada orang tua yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh? apakah ada penjelasannya?
    Terima kasih pada penulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak aril atas pertanyaanya, saya izin menjawab.

      Vaksin hidup yang dilemahkan, dapat merangsang respon kekebalan dengan baik, sama baiknya seperti kalau orang tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam. Dalam hal virus atau mikroorganisme intraseluler dimana biasanya dibutuhkan reaksi kekebalan yang dimediasi sel (cell-mediated immunity) kuman patogen dapat bereplikasi di dalam sel inangnya. Dan pada kondisi pasien HIV sel tersebut sangat lemah dan ketika vaksin masuk ke tubuh pasien tersebut. Sistem imun tidak akan bisa mengatasi virus tersebut meskipun virusnya sudah dilemahkan.

      Sistem imunitas yang berfungsi dengan baik akan selalu dapat mengeliminasi patogen yang sudah dilemahkan yang ada dalam vaksin yang diberikan pada seseorang. Namun pada orang orang yang mempunyai masalah dengan sistem kekebalan tubuh seperti pada penderita HIV-AIDS kemungkinan mereka tidak bisa memberikan respon yang adekuat terhadap patogen walaupun sudah dilemahkan. Sehingga akan sangat membahayakan memberikan vaksin pada orang yang memiliki sistem imun yang buruk.

      Sumber : WHO (MODUL 2: Jenis-jenis vaksin dan reaksi simpang)

      Hapus
    2. wahhh, jawabannya memuaskan
      terima kasih kak :D

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Assalamu'alaikum kak ade.. Saya Nabila Ainur Rochim 21601101053.. artikelnya bagus kakk mengulas tentang fakta imunisasi.. saya ingin bertanya, jikalau ada anak yang jadwal imunisasinya tidak lengkap atau tidak bertaturan, apakah ada dampak bagi anak tersebut? Terima kasih kak.. Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam, terimakasih atas pertanyaannya kak nabila. Izin menjawab. Dampak Imunisasi yang tak lengkap bagi Bayi dan Anak adalah :

      1. Penyakit Akan Mudah Menyerang.

      Tentu saja, jika Anak Anda hanya mendapatkan Imunisasi yang seperlunya seperti DTP dan juga Hib, bukan berarti Anak Anda akan kebal terhadap penyakit menular secara umum. Penyakit berbahaya seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Campak, dan bahkan juga Polio akan sangat mudah dan beresiko menyerang Anak Anda. Dengan kata lain untuk urusan penyakit di atas kekebalan Anak Anda sama dengan kekebalan Anak yang tidak di Imunisasi. Nah apakah Anda mau jika buah hati Anda hanya memiliki kekebalan yang seperlunya saja?

      2. Mudah Tertular Orang yang Sakit.

      Sudah pasti Anak Anda akan mudah terserang Penyakit Berbahaya yang menular seperti Polio apabila di tubuh Anak Anda tidak ada system pertahanan yang menjaganya dengan penuh. Tidak perduli itu datang dari Bakteri itu sendiri ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan oleh orang lain. Misalkan Anak Anda sudah di Imunisasi dengan polio-0 saat lahir tapi kemudian sejak saat itu Anak Anda tidak pernah lagi di Imunisasi Polio.

      Hasilnya Vaksin Polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang singkat saja, setelah itu Anak Anda benar-benar tanpa perlindungan apapun untuk mencegah Penyakit Polio datang padanya. Dan inilah yang menyebabkan sang Anak akhirnya terserang Polio kendati sebelumnya sudah divaksin.

      3. Ada Efek Samping.

      Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari Bayi Anda untuk menerima Vaksin tersebut. Nah ada beberapa Vaksin awal yang sifatnya adalah aman untuk jangka waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping. Karena itu ada bentuk Vaksin-2, Vaksin-3, Vaksin-4 dan seterusnya, karena selain memperpanjang usia Vaksin juga berguna untuk menghilangkan efek samping dari Vaksin yang ada sebelumnya. Dan ini adalah salah satu Bahayanya jika Anak Anda tidak dikasih Imunisasi yang Lengkap, yang sering kali tidak ketahui oleh para Orang Tua.

      Hapus
  6. Terimakasih kak Ade, artikelnya menarik sekali. Saya Bana Rachma NIM 21601101060 mau bertanya nih,jadi kan diluar sana masih banyak pro kontra tentang imunisasi dan vaksinasi. Naaah bagaimana mengedukasi orang2 yang kontra terhadap vaksinasi terutama yang udah punya keyakinan kalau vaksin ini dianggap haram. lalu bisa dijelaskan menurut pandangan Islam bagaimana?
    Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat sekali ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya kak Bana. Saya izin menjawab, untuk kasus yang kak Bana bahas sepertinya menuju ke arah halal-haram penggunaan vaksin. Untuk menjelaskan kepada masyarakat yang memiliki keyakinan kuat terutama umat muslim, langsung saja jelaskan imunisasi menurut fatwa MUI No.04 Tahun 2016 yang berisikan :

      1. Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui upaya preventif agar tidak terkena penyakit dan berobat manakala sakit agar diperoleh kesehatan kembali, yaitu dengan imunisasi

      2. Bahwa imunisasi, sebagai salah satu tindakan medis untuk mencegah terjangkitnya penyakit tertentu, bermanfaat untuk mencegah penyakit berat, kecacatan dan kematian

      3. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.

      Hapus
    2. Terimakasih kak Ade. Alhamdulillah sudah terjawab 🙏🏻🙂

      Hapus
  7. Terimakasih atas kesempatanya ijin bertanya, kalau tidak salah vaksin mayoritas di peruntukan untuk balita2, karena di anggap daya tahan tubuhnya masih rendah, atai tubuhnya belum dapat membuat antibodi sendiri, nah yg ingin saya tanyakan kenapa orang dewasa juga perlu di vaksin, contohnya pada wabah fluburung dulu banyak orang dewasa/peternak2 yg di lakukan vaksin, padahal orang dewasa/remaja kan sudah dapat memroduksi antibodi sendiri dan memiliki daya tahan tubuh yg kuat, kenapa tetap perlu di lakukan vaksin juga,
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam wr wb. Terimakasih atas pertanyaannya kak Iqbal. izin menjawab.

      Meski sama pentingnya, namun pemberian vaksin pada anak kecil dan orang dewasa tidak bisa disamaratakan. Ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan saat orang dewasa akan divaksin, seperti apakah orang tersebut telah mendapat imunisasi yang lengkap saat kecil hingga kondisi dan kekebaln tubuh sebelum disuntik.

      Perbedaan lainnya antara vaksin anak dengan vaksin orang dewasa biasanya juga terletak pada dosis yang diberikan. Tentunya akan ada perbedaan pada dosis dan waktu pemberian vaksin. Komponen dan kandungan dari vaksin biasanya juga akan berbeda pada anak dan orang dewasa. Maka penting untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan membicarakan segala hal dengan dokter terkait pemberian vaksin pada usia dewasa.

      Proses pemberian vaksin juga akan berbeda jika seseorang memiliki kondisi medis tertentu, seperti sedang hamil, pengidap diabetes, penyakit jantung, stroke, infeksi HIV serta kondisi lain yang membutuhkan perhatian lebih. Orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah pun dianjurkan untuk selalu terkoneksi dan menerima saran ahli terlebih dahulu sebelum memutuskan jenis vaksin yang dibutuhkan.

      Pada orang dewasa, pemberian vaksin biasanya lebih bertujuan untuk mencegah penularan penyakit tertentu. Apalagi kalau sudah ada korban yang terjangkit. Selain itu, vaksinisasi juga harus diberikan pada periode tertentu, yaitu setiap 10 tahun selama seumur hidup. Karena vaksin biasanya hanya dapat bertahan sampai 10 tahun dalam melindungi tubuh.

      Seiring berjalannya waktu, ditambah faktor kekebalan tubuh, kemampuan vaksin dalam melindungi dan mencegah penularan penyakit pun akan semakin menurun. Maka dari itu, penting mengetahui kapan terakhir kali kamu menerima vaksin dan segera lakukan vaksin ulang saat dibutuhkan.

      Hapus
  8. Assalamualaikum, terimakasih pembahasan artikelnya bagus, saya laili liutammima/21601101094 izin bertanya apakah ada jadwal tersendiri imunisasi bagi orang dewasa juga, karena yang perlu diimunisasi kan tidak hanya anak-anak saja, orang dewasa juga memerlukannya...
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Wa'alaikumsalam wr wb. Terimakasih atas pertanyaannya kak Laili. Izin menjawab, dikarenakan di sini saya tidak bisa mengirim gambar jadwal imunisasi dewasa, maka saya kirimkan linknya ya kak laili.

      https://drive.google.com/file/d/1v4uDcZyuKqh0Msiz-dscIYtb4tvkbcbq/view?usp=drivesdk

      Itu untuk linknya kak laili, Terimakasih

      Hapus
    3. Untuk sumbernya dari PAPDI ya kak laili.

      Hapus