Kamis, 16 April 2020


Produksi Masker Rumahan di saat Pandemi COVID-19

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) dapat didefinisakan sebagai penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus yang saat ini disebut sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2 / 2019 n-CoV) yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China. WHO menyatakan bahwa COVID-19 merupakan pandemi global dan termasuk darurat kesehatan global. WHO mendeklarasikan nama infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini sebagai COVID-19 yang merupakan akronim dari “coronavirus disease 2019.” Pemberian nama ini bertujuan untuk menghindari stigmatisasi asal virus dalam hal populasi, geografi, atau asosiasi hewan.
Virus COVID-19 dapat mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda, penderita yang terinfeksi dapat mengalami gejala ringan hingga sedang dan bisa juga sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Namun beberapa orang perlu perhatian khusus yakni usia rentan diatas 60 tahun yang memiliki risiko lebih tinggi terkena gejala yang parah. Gejala dari infeksi COVID-19 dapat berkembang selama 2 hari hingga 2 minggu setelah terpapar virus. Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam, batuk kering, Myalgia, dan Kelelahan. Gejala lain dapat terjadi seperti pusing, keluarnya sputum, Diare, Malaise, Dyspnea,dan ditemukan abnormalitas pada tes imaging dada. Jika ditemukan seseorang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat, maka harus mengisolasi diri dan segera menghubungi tenaga medis,
            Penyebaran virus ini dapat menyebar terutama dari orang ke orang seperti kontak langsung dengan sesama (sekitar 6 feet atau 1,8 meter), melalui droplet yang dihasilkan ketika penderita lain batuk, bersin, dan berbicara. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa virus ini dapat disebarkan oleh penderita bergejala/tidak. COVID-19 merupakan penyakit baru dan memiliki informasi yang terbatas. Berdasarkan informasi klinis, saat ini kelompok usia diatas 60 tahun serta orang yang memiliki kondisi medis yang serius memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar virus COVID-19 dengan gejala yang parah. Kelompok lain yang berpotensi untuk terpapar ialah penderita asthma, pengidap HIV, serta orang yang bekerja atau tinggal di fasilitas kesehatan.
            Saat ini vaksin dan obat untuk virus COVID-19 belum ditemukan, dan upaya pencegahan sangatlah dianjurkan untuk menekan penyebaran virus. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dengan sabun setelah keluar rumah, menggunakan hand sanitizer (mengandung ≥60% alkohol), menghindari kontak fisik, bersihkan dan disinfeksi permukaan barang yang sering digunakan, menggunakan etika batuk dan bersin, dan menggunakan masker untuk mengurangi daya sebar penularan COVID-19. Namun akhir-akhir ini ketersediaan masker sangat minim akibat oknum penimbun masker, sehingga banyak dari warga Indonesia bahkan tenaga medis tidak bisa mendapatkan masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus COVID-19. Sebenarnya jika ditinjau dari pembuatan masker cukup mudah serta bahan bakunya mudah ditemukan. Masker bedah 3 ply dapat dibuat dari kain Spunbound Polypropylene yang memiliki harga terjangkau sekitar Rp. 40.000 1 roll (PxL ;0,5x10m) dan jika digunakan untuk membuat masker bisa menghasilkan hingga 100 masker. Industri masker rumahan saat ini masih belum banyak, jika saja peluang ini dapat digunakan pemerintah untuk membuat persediaan masker produksi rumahan atau produksi narapidana dan dibantu strerilisasi di fasilitas kesehatan tertentu selain menambah pasokan masker juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang saat ini sedang turun. Selain masker, produksi Alat Pelindung Diri lainnya juga bisa diproduksi dengan mudah.

Sumber :
  1. National Center for Immunization and Respiratory Diseases (NCIRD), Division of Viral Diseases. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). “Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)”. last reviewed: April 8, 2020. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/prevent-getting-sick/prevention.html)
  2. Cennimo David J et al, 2020. “Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)”. emedicine.Medscape. Last Updated: Apr 08, 2020. (https://emedicine.medscape.com/article/2500114-overview#a9)
  3. World Healt Organization.2020.”Coronavirus”. (https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_3) diakses pada pukul 10.15 WIB 10-April-2020
  4. National Center for Immunization and Respiratory Diseases (NCIRD), Division of Viral Diseases. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). “Groups at Higher Risk for Severe Illness”. last reviewed: April 2, 2020


Penulis : Ariel Brilliant Islami | 21601101040

18 komentar:

  1. Terima kasih, artikel ini menarik untuk dibahas dikarenakan pemakaian masker kini menjadi wajib. Akhirnya semua berlomba-lomba untuk membikin masker. Tapi apakah ada kriteria khusus atau standart khusus untuk membuat suatu masker rumahan? Terima kasih wassalamualaikum

    Ahmad Zaki Azzam 21601101047

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya, sdr zaki
      Menurut literatur yang saya baca, masker sendiri memiliki banyak jenis/tipe dengan fungsi yang berbeda-beda. jika yang sdr tanyakan adalah standar pembuatan masker rumahan.., maka standarnya juga tergnatung dari jenis masker yang ingin dibuat. Saya ambil contoh salah satu jenis masker yakni "Single use masks". Masker ini lebih tipis daripada "surgical mask" yang dimana hanya terdapat 1 layer saja, sedangkan surgical mask memiliki 3 layer. Jadi sika ingin membuat "single use mask" maka hanya perlu menggunakan 1 leyer kain dan kain tersebut harus steril/ dapat disterilkan setelah jadi. Sebenarnya, standar paling penting dari pembuatan masker rumahan ialah sterilitasi/disinfeksinya. Masker dapat disterilisasi atau di re-sterilisasi dengan dipanaskan pada suhu tinggi,dibersihkan dengan alkohol ataupun menggunakan sinar UVGI setalah pembuatan selesai.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Halo Aril, kepikiran juga tentang penyediaan masker handmade sendiri ya. Sepertinya dengan cara ini dapat menekan tingginya masker-masker medis yang di kapitalis oportunistik oleh orang-orang. Oh iya, menurut aril bagaimana caranya kita sebagai mahasiswa kesehatan dalam upaya membantu pencegahan penyebar luasan covid19 ini selain mempromosikan masker buatan sendiri? terima kasih hehe

    Denatha Bagus A.M. 21601101030

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya sdr dena
      Menurut saya, banyak cara yang bisa kita lakukan dalam upaya pencegahan penyebaran covid-19. Salah satunya ialah dengan menyalurkan saran pada pemerintah tentang pentingnya karantina kesehatan untuk menekan angka penyebaran virus ini seperti saran WHO, hingga ditemukannya solusi yg lebih baik dalam mengatasi pandemi ini.Hal ini seperti yang tertera pada Undang-undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018 yakni "Indonesia berkomitmen melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia sebagaimana yang diamanatkan dalam regulasi internasional di bidang kesehatan, dan dalam melaksanakan amanat ini Indonesia harus menghormati sepenuhnya martabat, hak asasi manusia, dasar-dasar kebebasan seseorang, dan penerapannya secara universal". Namun, undang2 ini juga harus diikuti dengan peran aktif pemerintah dalam mensupport keidupan warga negaranya di wilayah yang akan dikarantina.
      terima kasih.

      Hapus
    2. Waaah, saya juga setuju dengan kebijakan itu. Semoga disegerakan kebijakan yang lebih baik untuk penanganan Covid-19 di Indonesia yaa Aammin, makasii sudah dijawab Aril

      Hapus
  4. Assalamu'alaikum wr wb. Izin bertanya, pembuatan masker kan semakin marak. Memurut anda bagaimana tips memilih jenis masker yang tepat untuk kita gunakan . Terimakasih atas perhatiannya.
    (21601101031/Ade Maulia F)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya sdri ade
      menurut literatur yang saya baca, masker memiliki banyak jenis dengan kegunaan yang berbeda-beda. Contoh jenis masker yang saya temukan ada 3, pertama adalah "Single use masks" yang dapat menyaring lebih dari 95% partikel berukuran lebih dari 3.0 mikron seperti partikel debu, yang kedua adalah "surgical mask" yang dapat menyaring 95% partikel berukuran 0.3 mikron dan 30% menyaring partikel virus berukuran 0.1 mikron, yang terakhir adalah "respirator mask" seperti masker n-95 yang dapat menyaring 90% partikel virus. Jika disuruh memilih dalam masa pandemi covid-19 ini, saya sarankan menggunakan surgical mask atau respirator mask karena dapat menyaring partikel virus. Namun single use mask ataupun masker kain juga bisa digunakan untuk masa pandemi ini, namun hanya sebagai pengurangan hembusan udara saat kita berbicara, sehingga bisa memperkecil sampainya droplet ke pernafasan orang lain dalam jarak 1 meter dari kita.
      terima kasih

      Hapus
    2. Baik terimakasih banyak atas jawabannya ariel

      Hapus
  5. Assalamualaikum wr wb
    saya M. Alfian Akrama A. NIM 21601101109

    saya ingin bertanya... menurut istruksi pemerintah dokter saat ini di instruksikan menggunanakan masker medis sedangkan masyarakat umum diinstruksikan menggunakan masker kain...

    sebenarnya apa benar aman si kita menggunakan masker kain?
    mungkin bisa dijelaskan...
    trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam warohmah sdr alfian
      menurut literatur yang saya baca, pada masa pandemi seperti ini tidak buruk juga menggunakan masker kain. Hal ini dikarenakan saat seseorang menggunakan masker kain maka hembusan nafas akan sedikit tertahan oleh masker kain dan dapat mengurangi kemungkinan orang lain terpapar virus melalui droplet yang ikut dalam nafas kita saat berbicara dengan orang lain. Sehingga dapat sedikit menurunkan kemungkinan sampainya droplet dari nafas penderita asimtomatis/simtomatis ke orang lain yang sehat.
      terima kasih

      Hapus
  6. Terimakasih saudara aril, artikelnya menarik sangat membahas permasalahan saat ini. Kita sama-sama mengetahui dampak buruk dari adanya penimbunan masker, maka akhir-akhir ini muncul beberapa solusi terkait masker yakni dengan penggunaan masker kain atau masker rumahan yang dapat dicuci dan dipakai kembali. Lalu, bagaimanakah cara kita agar dapat mengetahui masker rumahan tersebut layak dipakai sebagai APD? jika kita meninjau dari kualitas maskernya.
    Terimakasih...

    Sofia Nissa Auliya / 21601101107

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih adatas pertanyaannya sdri sofia
      Seperti yang pernah saya jelaskan pada komentar sebelumnya, masker memiliki berbagai macam jenis dan berbeda pula fungsinya. begitu juga dengan cara mengujinya. Jika sdri sofia menggunakan masker bedah untuk mengetahui masker tersebut asli atau layak pakai bisa menggunakan beberapa tes salah satunya dengan light transmission test/uji adsorpsi elektrostatis dengan menggunakan cahaya, Masker bedah asli jika terkena cahaya tidak terlalu tembus pandang dan tidak berkerut, dan banyak cara lainnya. Namun jika menggunakan masker kain, yang perlu diperhatikan ialah kebersihan dari masker kain tersebut,jika dilihat dengan mata telanjang saja sudah kotor maka masker tersebut kurang layak untuk digunakan dan perlu dicuci terlebih dahulu. Yang kedua dalah dari bahannya, untuk bahan sendiri tergantung dari literatur apa yang sdri dapatkan tentang bahan yg terbaik untuk dijadikan masker kain, namun menurut yang saya baca.. lebih baik menggunakan kain dari bahan non-woven febric seperti masker bedah serta memiliki 3 leyer. Saran saya, jika sdri sofia memakai masker kain, apakah itu bersih atau tidak dan baru atau tidak, tetap harus sdri sterilisasikan terlebih dahulu.
      terima kasih

      Hapus
  7. Assalamualaikum wr wb. Terimakasih atas informasi tambahannya.. saya Adina Fitria NIM 21601101005.

    Izin bertanya ya..
    Mengenai pembuatan masker melalui industri rumahan. Bisa dijelaskan apa saja sih resiko kerugian dan keuntungan dalam pembuatan masker ini ? Terimakasih wassalammualaikum wr wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsallam adina, terima kasih atas pertanyaannya
      kerugian yang mungkin terjadi dalam produksi ini adalah sterilisasi yang dilakukan di rumah terkadang kurang optimal serta saat penegrjaannya-pun terkadang masih rawan terkontaminasi karena biasanya produk rumahan tidak bisa membeli APD yg sesuai standar karena mahal. Keuntungannya, masker mudah untuk dibuat serta bahannya tersedia banyak untuk saat ini karena masih jarang orang yang mengetahui bahan dasar dan cara pembuatan dari masker. Selain itu, pasarnya pun juga sudah jelas saat pandemi seperti ini, apalagi permintaan masker sangatlah tinggi.
      terima kasih

      Hapus
  8. Terimakasih atas kesempatanya, saya ingin bertanya
    (Muhammad iqbal sugiharto/21601101066)
    Saya pernah membaca kalau tidak salah masker handmade ini hanya membantu kita menularkan droplet dari kita kepada orang lain(jika di pakai orang yg sakit, maka masker hand made membantu mwnurunkan/mengurangi penyebaran), tetapi tidak bisa membantu kita terhindar dari orang yang menderita, jadi semisal ada orang yang bergejala/menderita si orang tersebut tetap bisa menularkan pada kita meskipun kita memakai masker kain, karena bagian luarnya tidak waterprof/tahan air, nah misal artikel yang saya baca ini benar jadi percuma donk kita pakai masker kain kalau benar itu bsa terjadi, jadi bagaimana menurut anda solusi yg anda tawarkan ini??
    Nah selain itu ini pendapat pribadi saya kenapa tidak pemerintaj memerintahkan BUMN/ perusahaan/pabrik2 farmasi untuk memproduksi masker bedah contohnya dengan banyak, sehingga bisa di pakai banyak orang? Kan lebih aman dan terjamin dari pada masker kain, mungkin bisa di jelaskan
    terimakasih,

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo iqbal, terima kasih pertanyaannya
      memang benar masker kain tidak bisa membuat kita terhindar sepenuhnya dari penularan virus COVID-19, namun.. dengan menggunakan masker kain, kita bisa mengurangi hembusan udara yang membawa droplet dari mulut atau hidung kita, sehingga dapat mengurangi jarak penularan virus tersebut. Maka dari itu pemerintah juga menyarankan physical distancing. Saran saya tetap menggunakan masker, melakukan physical distancing, tetap berada di rumah, dan selalu mencuci tangan seperti anjuran dari WHO.


      Menurut saya, mengenai produksi masker.. sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang lain.. masker saat ini sedikit bukan karena produksinya kurang, melainkan karena banyak oknum2 yang menimbun masker agar angka permintaan tinggi dan dapat dimonopoli dengan harga yang tinggi. Jadi menurut saya lebih ke penegasan peraturan tentang penimbunan masker serta ekspor masker secara ilegal.
      sebenarnya,Saya juga sedikit setuju dengan pendapat iqbal mengenai produksi masker melainkan bukannya BUMN yang membuat.. tapi.. kenapa bukan para narapidana saja yang disuruh buat? seperti negara negara lainnya? sedhingga BUMN pun tidak banyak memerlukan massa yang besar untuk mempekerjakan orang dalam membuat masker serta mengeluarkan dana lebih untuk pembuatannya disaat banyak pekerja yang seharusnya tetap "stay at home".

      Hapus