Kenali dan Cegah Stunting Sedari Dini
Stunting masih menjadi salah satu masalah yang
sedang dihadapi dunia saat ini. Stunting
adalah kondisi dimana anak dengan usia dibawah 5 tahun memiliki tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur mereka. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan anak dibawah 5 tahun menjadi stunting, biasanya masalah gizi kronik
ini disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Dampak yang akan dialami oleh anak
dibawah 5 tahun dengan stunting di
masa akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal.
Data epidemiologi stunting
pada saat ini masih tinggi di beberapa negara. Total keseluruhan dunia tahun
2018 didapati sekitar 22% pada anak di seluruh dunia mengalami stunting. Pada beberapa negara yang
terletak di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan juga Afrika bahkan memiliki
prosentase sekitar 30% sampai 39.9%. Negara dengan prosentase ≥40% meliputi
Laos, Papua New Guinea, Bangladesh, Bhutan, Afghanistan, Yaman, Ethiopia,
Eritrea, Madagascar, Mozambique, Zambia, Congo, Niger, Nigeria, dll (WHO, 2018).
Indonesia sendiri memiliki prosentase mencapai 27,5% pada tahun 2016 dan 29,6
pada tahun 2017.
Diagnosis memerlukan
anamnesis yang mendalam pada pasien dengan keluhan lambatnya/tidak bertambahnya
pertumbuhan tinggi/panjang badan.
1. Pengukuran
antropometrik: Perawakan
pendek dapat didiagnosis dengan mengukur titik tinggi badan, berat badan,
tinggi badan, dan panjang anggota tubuh individu. Hal ini dinilai
sehubungan dengan usia, jenis kelamin, dan populasi.
2. Riwayat
medis: Riwayat medis
seorang individu melibatkan evaluasi riwayat kehamilan sampai kelahiran,
pertumbuhan dan perkembangan dari masa kanak-kanak hingga remaja serta
munculnya masa pubertas untuk melacak pola pertumbuhan dan tempo pertumbuhan, riwayat
penyakit, status gizi, dll.
3. Riwayat
keluarga: Riwayat keluarga
mencakup analisis silsilah keluarga, riwayat stunting dalam keluarga, dll.
4. Psikologis : Pertanyaan yang menilai psikologi akan ditanyakan, termasuk
perubahan perilaku, hubungan sosial, hubungan keluarga, dll.
Investigasi medis untuk
diagnosis stunting yang juga
diperlukan mencakup serangkaian uji biokimia dan radiologis yang berkorelasi
dengan gambaran klinis ialah:
1. Tes medis: Penilaian gizi, penilaian hormon
pertumbuhan, dan kadar insulin-like
growth factor-1 (IGF-1) dalam serum darah serta tes darah
lengkap. Investigasi tambahan termasuk x-ray untuk memperkirakan dan
menghubungkan usia tulang dengan usia kronologis, dll.
2. Gejala lain: Gambaran klinis yang terkait dengan
kelainan genetik dan gizi, serta penyakit lain, harus dievaluasi untuk membantu
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.
Stunting terjadi mulai
dari pra-konsepsi ketika ibu hamil dengan asupan gizi yang tidak mencukupi
kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang
memadai. Setelah bayi lahir dengan kondisi ibu yang seperti itu, dilanjutkan
dengan kondisi rendahnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang memicu rendahnya
menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan tidak memadainya pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Pencegahan dan
penanggulangan stunting dapat
dilakukan dengan cara memberikan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan
pada bayi. Sesudah bayi berusia 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping
agar pemenuhan gizi untuk tumbuh dapat terpenuhi. Bayi usia 6-23 bulan dapat
menerima minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan (serealia/umbi-umbian,
kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein lainnya, sayur dan
buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmarita
dan Zahrani, Yuni. 2018. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Situasi
Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Pusat Data dan Informasi, Kementrian
Kesehatan RI. ISSN 2088 – 270 X
Rani,
D. Shrestha, R. Kanchan, T. dan Krishan, Kewal. 2020. Short Stature. Diakses pada 04 April 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556031/
WHO.
2018. Global Health Observatory (GHO) Data
: Child stunting. Diakses pada 04 April 2020. https://www.who.int/gho/child-malnutrition/stunting/en/
Penulis : YORDA LIOSA ADITAMA | 21601101081
Artikel yang bagus, tetapi ada yang ingin saya tanyakan terkait artikel ini, menurut penulis apakah komplikasi dari stunting? Jika ada bisa disebutkan, terimakasih penulis
BalasHapusDenis septian/028
Komplikasi yang dapat timbul : dampak buruk pada perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Memperburuk penyakit yang telah diderita sebelumnya mungkin dapat memperburuk keadaan stunting.
HapusArtikel yang menarik, terimakasih yorda. Izin bertanya, apakah pencegahan stunting hanya bisa dilakukan dg perbaikan gizi saja? Terimakasih.
BalasHapusIin Nurmutmainah/ 21601101042
Mungkin dapat mencegah terjadinya Stunting dan juga mencegah tingkat keparahan yang terus berlanjut. Lebih baik jika segera memeriksakannya dengan berbagai tes hormon. Jika terdapat kelainan hormonal maka dapat diatasi sesegera mungkin sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.
Hapusartikel yang sangat menarik, namun ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan yang pertama kapan ibu dapat memeriksa anaknya apabila anaknya stunting? Apakah stunting sudah bisa dideteksi saat bayi ? terimakasih..
BalasHapusAlisa Qotrunnada K 21601101050
Sudah bisa diperiksa sejak bayi. Dapat diukur menggunakan kurva yang direkomendasikan oleh CDC, tersedia di https://www.cdc.gov/growthcharts/who_charts.htm jika ingin mendeteksi bayi usia 0-2 tahun. Jika lebih dari 2 tahun dapat mengunakan kurva yang tersedia di website ini https://www.cdc.gov/growthcharts/data/set1clinical/cj41c021.pdf untuk laki-laki dan website ini https://www.cdc.gov/growthcharts/data/set1clinical/cj41c022.pdf untuk perempuan. Lebih baik rutin mengikuti posyandu agara lebih tau tentang perkembangan anak.
HapusTerima kasih yorda, izin bertanya,bagaimana cara anda menyuarakan pencegahan stunting?terimakasih..
BalasHapusFathul mun'iem 21601101074
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan cara menyerukan dalam berbagai media seperti poster. Dapat juga dilakukan penyuluhan sebagai tindakan promotif yang dapat dilakukan. posyandu juga termasuk dalam tindakan promotif dan preventif dari stunting.
HapusTerimakasih atas pemaparannya.. bagus . Izin bertanya, apakah genetik dapat menyebabkan stunting ?
BalasHapusAdina fitria 21601101005
Secara etiologi mungkin stunting disebabkan oleh status gizi yang kurang seimbang. Tetapi jika berbicara tentang tinggi seseorang, susunan genetik juga ikut berperan penting. Jika salah satu dari orang tua memiliki perawakan pendek atau memiliki riwayat keluarga perawakan pendek, maka ada kemungkinan besar bahwa orang tersebut juga memiliki perawakan pendek. Tetapi, perawakan pendek genetik hanya berlaku jika tidak ada alasan medis yang mendasarinya. Seperti contoh jika seseorang telah melakukan berbagai usaha untuk membuat tubuhnya lebih tinggi dan itu tidak berhasil atau mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, maka kemungkinan bisa saja orang tersebut memiliki genetik perawakan pendek.
Hapus