PANDEMI AFTER EFFECT
Pandemi
merupakan wabah besar penyakit menular yang dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas di wilayah geografis yang luas dan menyebabkan gangguan ekonomi,
sosial dan politik yang signifikan. Bukti menunjukkan bahwa kemungkinan pandemi
telah meningkat selama abad terakhir karena peningkatan perjalanan dan
integrasi global, urbanisasi, perubahan penggunaan lahan, dan eksploitasi yang
lebih besar terhadap lingkungan alam. Pandemi telah terjadi sepanjang sejarah
dan makin meningkat terutama munculnya penyakit virus dari hewan (Zoonotic).
Resiko pandemi muncul dari gabungan “spark risk” dimana pandemi mungkin
akan muncul dan “spread risk” yaitu kemungkinan menyebar melalui populasi
manusia.
Pada 2003
pandemi severe acute respiratory syndrome (SARS) telah meningkatkan
kekhawatiran tentang avian influenza. Diantara semua patogen pandemi yang
diketahui, influenza merupakan ancaman utama karena potensi keparahannya dan
kejadian semireguler sejak setidaknya abad ke-16. Pandemi Influenza pada 1918
yang terkenal menewaskan sekitar 20-100 juta orang di seluruh dunia, dengan
sedikit negara yang selamat. Tingkat keparahannya yang tinggi karena teknologi
kesehatan yang terbatas pada masa itu, ketika tidak ada antibiotik, antivirus,
atau vaksin yang tersedia untuk mengurangi penularan atau kematian.
Dalam 10 tahun
terakhir, tercatat beberapa epidemi dan pandemi antara lain pada 2012 epidemi
MERS di 22 negara menyebabkan 1.879 kasus dan 659 kematian dengan kerugian 2
miliar USD menyebabkan 14 miliar USD dalam pengeluaran stimulus pemerintahan
Korea, pada 2013 epidemi Afrika Barat Ebola virus di 10 negara menyebabkan
28.646 kasus dan kematian 11.323 menyebabkan kerugian 2 miliar USD di Guinea,
Liberia, dan Sierra Leone, pada 2015 pandemi Zika virus di 76 negara
menyebabkan 2.656 kasus mikrosefali menyebabkan kerugian 7-18 USD di Amerika
Latin dan Karibia.
Munculnya
perubahan perilaku individu, seperti keengganan yang ditimbulkan oleh rasa
takut terhadap tempat kerja dan tempat-tempat pertemuan publik lainnya,
merupakan penyebab utama guncangan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi selama
pandemi. Beberapa langkah mitigasi pandemi dapat menyebabkan gangguan sosial
dan ekonomi yang signifikan. Di negara-negara dengan institusi dan kestabilan
politik yang lemah, pandemi dapat meningkatkan tekanan dan ketegangan politik.
Dalam hal ini, langkah-langkah respons wabah seperti karantina telah memicu
kekerasan dan ketegangan antara negara dan wabah.
Negara-negara
yang dipersiapkan dengan baik memiliki lembaga publik yang efektif, ekonomi
yang kuat, dan investasi yang memadai di sektor kesehatan. Mereka telah
membangun kompetensi spesifik yang penting untuk medeteksi dan mengelola wabah
penyakit, termasuk pengawasan, vaksinasi masal dan resiko komunikasi. Sangat berbanding
terbalik dengan negara yang kurang persiapan.
Menurut data di
Eropa, efek makroekonomi dapat bertahan sampai 40 tahun setelah pandemi.
Sekitar 2/3 dari efek total diinduksi oleh supply, 1/3 oleh demand. ECB
menurunkan suku bunga pada tahun 2006 (mendekati 100 basis poin) untuk
mengimbangi jatuhnya aktivitas ekonomi, mengurangi komsumerisme dan
meningkatkan investasi. Kejutan konsumsi negatif di kuartal pertama menyebabkan
kejutan positif pada tabungan. Hal ini menjelaskan mengapa efek permintaan di
tahun-tahun setelah pandemi akan sedikit positif. Namun harus diingat, bahwa
Eropa memiliki penstabil otomatis dalam bentuk asuransi kesehatan dan transfer
dari pemerintah yang menutupi biaya medis dan memberikan dukungan pendapatan,
sehingga mengurangi dampak ekonomi dari pandemi.
Note
: Negara dikelompokkan dalam kuintil kesiapsiagaan epidemi (1 = paling siap, 5
= paling tidak siap)
Penulis : ZAHRA TAZKIA NURUL HIKMAH | 21601101103
Sumber :
Madhav Nita dkk. 2017. Disease Control
Priorities : Improving Health and Reducing Poverty. Edisi 3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525302/ diakses pada 21 April 2020.
Jonung Lars dan Roeger Werner. 2006.
European Economy. The Macroeconomic Effects of A Pandemic in European. https://ec.europa.eu/economy_finance/publications/pages/publication708_en.pdf diakses pada 21 April 2020.
Jordà, Òscar, Sanjay R. Singh, Alan M.
Taylor. 2020. “Longer-Run Economic Consequences of Pandemics,” Federal Reserve
Bank of San Francisco Working Paper 2020-09. https://doi.org/10.24148/wp2020-09
terimakasih untuk zahra atas artikel yang menarik
BalasHapussaya abdi firdaus masdianto nim 21601101075 izin untuk bertanya
menurut zahra apakah Indonesia merupakan salah satu negara yang siap dengan adanya wabah penyakit dengan kriteria yang telah disebutkan oleh penulis? berikan alasannya?
terimakasih
terima kasih kak abdi atas pertanyaannya. menurut opini saya, Indonesia masih memiliki kesempatan 50-50 dalam penanganan pandemi ini, dimana bisa imbang antara berhasil atau tidak. terlihat dari pembagian kuartil kesiapsiagaan pandemi di seluruh dunia, Indonesia masih di tingkat 3, bisa dibilang sangat bagus juga tidak tapi dibilang sangat buruk juga tidak. kemudian kurangnya pengalaman dari negara kita untuk menangani pandemi, selama 20 tahun terakhir belum ada pandemi ataupun epidemi yang sangat merebak seperti sekarang (yang berhasil terlaporkan). berbeda dengan eropa yang jauh sebelumnya pernah mengalami "black death", dan sekarang menempati tingkat 1 di kuartil yang dilakukan pada tahun 2017.
Hapusmungkin seperti itu saudara abdi.
Terimakasih ilmunya kak zahra. Saya Nurma Aulia U/21601101102, mau tanya kak selain dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti yang telah di jelaskan d artikel, untuk kita sebagai masyarakat apakah ada cara yang dapat dilakukan setelah pandemi ini berakhir agar keadaan kembali sperti semula ? Terimakasih kak
BalasHapusterima kasih kak atas pertanyaannya,
Hapuskita sebagai masyarakat tentunya dapat ikut serta dalam pengembalian keadaan seperti semula. dalam artikel saya disebutkan bahwa munculnya perubahan perilaku individu, seperti keengganan yang ditimbulkan oleh rasa takut terhadap tempat kerja dan tempat-tempat pertemuan publik lainnya, merupakan penyebab utama guncangan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi selama pandemi. untuk itu penting bagi kita untuk ikut menstabilkan kesehatan mental setelah pandemi pada masyarakat. entah dengan melakukan event-event yang meningkatkan optimis masyarakat, kemudian mungkin dengan menghilangkan syarat umur dalam mencari pekerjaan dapat membuat buruh yang di PHK sekarang dapat mencari pekerjaan lagi tanpa terpaut umur dsb. sehingga persentase kemiskinan kita yang sekarang meningkat dapat menurun lagi. fokus terbesarnya pada pengembalian kesehatan mental masyarakat setelah pandemi.
terimakasih zahra. saya Avicenna Shafhan Arfi (21601101008) ingin bertanya, menurut zahra jika eropa memiliki program penstabil otomatis pada sistem ekonomi mereka apakah indonesia juga sudah memiliki hal serupa yg sudah dipersiapkan dari sebelum-sebelumnya? dan apakah ada kemungkinan indonesia akan mengikuti langkah yg diambil oleh eropa?
BalasHapusterimakasih.
terima kasih kaka untuk pertanyaannya,
Hapuspenstabil otomanis eropa dalam bentuk asuransi dan pemberian dana dari pemerintah untuk sektor kesehatan. pada dasarnya indonesia telah memiliki asuransi kesehatan yang menyangkut 5 jaminan dasar, yaitu jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan tunjangan hari tua, yang mana telah diterapkan di eropa dan negara jajahannya serta beberapa negara amerika latin. namun memang untuk pelaksanaanya masih banyak yang harus dibenahi dan dipelajari, hal ini melihat juga sejarah bangsa eropa yang lebih lama dari indonesia dan dengan pengalaman pandemi di eropa yang bila terjadi hal serupa seperti sekarang, mereka dapat menentukan keputusan yang cepat dan tepat untuk negaranya.
kemudian untuk sektor pendanaan dari pemerintah, melalui wawancara antar pakar yang saya ikuti, memperlihatkan bahwa indonesia sebenarnya telah berupaya untuk memberikan aliran dana pada kesehatan. namun, kembali lagi apabila saya analogikan, Indonesia ini masih bayi yang sedang berusaha untuk merangkak. adanya pandemi ini menjadi pembelajaran bagi bangsa kita bahwa sistem mitigasinya perlu untuk di perbaiki lagi agar tidak terjadi hal serupa dikemudian hari.
kemudian, saat ini ECB telah menurunkan suku bunganya sampai 10 basis poin untuk mengimbangi jatuhnya aktivitas ekonomi. negara-negara lain diluar indonesia bahkan belum berani untuk melakukan hal yang serupa, apalagi Indonesia. beberapa cara apabila dilakukan oleh suatu negara dan berhasil, belum tentu akan berhasil dinegara lainnya meskipun dilakukan dengan urutan dan cara yang sama persis hal ini juga karena banyak faktor yang terlibat.
HapusWah artikelnya bagus bahas ekonomi setelah pandemi, saya izin bertanya ya zahra, saya lihat digambar kesiapsiagaan indonesia berada di tingkat 3 sepertinya ya? Nah menurut zahra, apa yang akan terjadi terlebihnya pada indonesia setelah pandemi ini berakhir? Kemungkinan2 apa saja yang bisa terjadi? Tentu pada ekonomi dan kesehatan jugaa, makasii
BalasHapusDenatha bagus a.m 21601101030
terima kasih kak atas pertanyaannya,
Hapuskemungkinan yang dapat terjadi salah satunya dapat meningkatnya kemiskinan dan angka kejahatan di Indonesia, mengingat mulai saat ini telah banyak pekerja/buruh yang di PHK untuk mengurangi pengeluaran perusahaan. kemudian meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bakteri/virus yang dapat menyebabkan penyakit, yang kemungkinan dapat mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih individual. yang semula dapat bertatap muka untuk mengerjakan sesuatu, dapat beralih hanya sebatas online saja. demand untuk teknologi yang lebih canggih akan meningkat, dan meningkatkan ketergantungan manusia akan AI. kemudian menurut jurnal, pada pasien covid yang severe kemungkinan sembuh dengan fungsi parunya seperti semula dapat berbulan-bulan sampai tahun atau bahkan tidak dapat kembali seperti semula (perlu studi lebih lanjut), hal ini tentunya akan mengganggu aktivitas orang tersebut. kemudian dengan banyaknya tenaga kesehatan yang gugur hingga sekarang, kemungkinan akan terganggunya rotasi pada RS. kemudian, kebutuhan akan psikiater ataupun psikolog tentunya akan sangat dibutuhkan, mengingat hancurnya roda perekonomian setelah pandemi yang terbesar adalah karena adanya gangguan mental pasca pandemi. kemudian menurut data, negara dengan penghasilan terbesarnya dari sektor wisata akan terkena dampak ekonomi pasca pandemi yang sangat besar dibandingkan saat perang, mengingat Indonesia memiliki sektor wisata yang cukup besar.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama saya dewi damayanti nim 21601101020
BalasHapusSebelum saya bertanya, saya ingin mengomentari bahwa penulisan judul dan isi artikel sangat menarik terutama mengenai efek dari pandemi ini. Saya bertanya, menurut penulis apakah dikarenakan efek dari pandemi ini mampu memberikan pembelajaran di bidang kesehatan di negara berkembang seperti indonesia? Serta menurut penulis apakah dengan pandemi ini nantinya mampu membawa efek kedepannya kesehatan di indonesia lebih bagus dari sebelumnya?
Terimakasih penulis sangat luar biasa
semangat
terima kasih kak atas pertanyaannya.
Hapusmenurut saya tentu saja adanya pandemi ini dapat memberikan pembelajaran sangat besar bagi bangsa kita. selain dari kebiasaan buruknya yang menggampangkan kebersihan dll, tapi juga memberikan pembelajaran bagi pemerintah tentang bagaimana menangani pandemi yang cepat dan tepat bagi indonesia. serta nanti apabila pandemi telah usai dan masyarakat tetap menjalankan PHBS seperti sekarang, saya rasa akan banyak masalah kesehatan yang dapat terkontrol dengan baik.
Tugas pertanyaan artikel opini
BalasHapusassalamualaikum Zahra, saya Ahmad Zaki Azzam nim 21601101047 minta pendapat nihh.. presiden Jokowi tidak melakukan lockdown total pada zona merah dikarenakan takutnya perekonomian Indonesia hancur dan teradi inflasi, apalagi daerah Jakarta sekitarnya. disisi lain, masyarakat meminta lockdown pada Jakarta dan sekitarnya untuk menghambat proses penyebaran COVID 19 karena perekonomian Indonesia hancur sementara lebih baik daripada hilangnya nyawa karena COVID 19 (pendapat salah satu tokoh).. dan saat ini baru diberlakukan PSBB ketat yang tidak boleh warganya mudik
pertanyaanya, dari pandangan saudari Zahra,.. pemerintah apa sdh melakukan hal yang benar?melihat dari sisi pemutusan rantai covid, dan sisi perekonomian Indonesia atau ada saran kepada pemerintah menurut saudari Zahra.. Makasi
terima kasih kaka atas pertanyaannya,
Hapusmenurut pandangan saya, kontrol pandemi dari Indonesia saya rasa termasuk yang terlambat. karena bangsa kita juga baru menyatakan pandemi sekitar 3 bulan setelah kabar pandemi di wuhan, disaat banyak dari negara lain yang mulai menutup akses transportasinya dari luar maupun dalam sekitar sebulan setelah berita wuhan. kemudian banyak masalah setahun terakhir mulai BPJS sampai Natuna dsb, membuat ekonomi maupun politik indonesia telah terguncang sebelumnya yang kemungkinan akhirnya membuat keputusan untuk tetap membuka akses wisata Indonesia dan mempersilahkan wisatawan asing untuk tetap datang, yang mana seharusnya itu adalah pintu pertama yang harus ditutup untuk menghindari penyebaran lebih luas. kemudian untuk saran, dari beberapa pakar menyebutkan untuk mengalokasikan beberapa dana seperti dana ibukota baru dan lain sebagainya yang tidak terlalu urgent untuk dialokasikan di zona kesehatan terlebih dahulu, karena dengan berhentinya pandemi, maka kestabilan dari faktor lainnya juga akan ikut membaik. karena para pekerja akan dapat bekerja kembali dan memutar roda perekonomian lagi.