Jumat, 24 April 2020


Kutu Si Biang Gudik di Pondok Pesantren

Scabies atau sering disebut gudik ini sering ditemukan pada anak yang biasa di pondok pesantren. Bahkan ada istilah “belum sah jadi santri, kalau belum gudikan”. Istilah tersebut sudah lama muncul di pondok pesantren. Kalau kamu binggung apa itu sarcoptes scabei, satu kata kunci untuk mengingatnya yaitu: Gudik. Binatang kecil ini merupakan biang keladi dari penyakit gatal gatal di kulit dan juga menularkan ke orang lain.
            Skabies atau gudik adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var. Hominis beserta produknya. Nama lain skabies adalah kudis, gudig, budukan atau gatal agogo. Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Beberapa faktor dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, demografi, dan derajat sensitasi individual. Nah, biasanya terjadi di pondok pesantren. Sebagian besar santri punya kebiasaan untuk bertukar pakaian, alat sholat ataupun alat mandi dengan teman sehingga penyebaran penyakit skabies menjadi sangat mudah mengingat salah satu penyebab penularanskabies adalah hygiene yang jelek. Bisa dibilang satu satunya hewan kecil yang bisa ikut merasakan antre mandi, antre ngaji atau bahkan saat aktivitas ya hanya sarcoptes scabei ini.
            Penularan skabies dapat terjadi melalui kontak dengan obyek terinfestasi seperti handuk, selimut, atau lapisan furnitur dan dapat pula melalui hubungan langsung kulit ke kulit. Ketika satu orang dalam lingkungan  tersebut memiliki kemungkinan yang besar untuk terinfeksi. Seseorang yang sudah terinfeksi dapat menyebar atau menularkan skabies walaupun ia tidak menunjukkan gejala. Biasanya gatal memburuk pada malam hari atau setelah mandi air panas. Pada tempat kutu bersembunyi ada bentol-bentol atau seperti melempuh. Kenapa ? karena kutu yang berbentuk pipih berukuran 300-600 miu ini akan menggali atau masuk pada lapisan epidermis kulit manusia lalu bikin goa untuk berkembang biak atau bertelur.
Lalu kenapa gudik ini mudah menyebar di pesantren? Karena memang peluang kehidupan lebih baik jika berkembang di tingkat kepadatan manusia yang tinggi. Dan biasanya santri tertentu kurang memperhatikan hygienitasnya sehingga kutu ini mudah menular ke santri yang lain.
            Cara pencegahannya sebenarnya sangat sederhana saja. Kuncinya yaitu jaga kebersihan, tidak bertukar barang seperti handuk, kerudung, sarung atau bahkan pakaian. Lalu apabila kamu menduga banyak tungau di kamar cobalah mencuci semua pakaian dan sprei pada temapt tidur. Gunakan air panas dan sabun. Rajin membersihkan seluruh ruangan di rumah. Dan jika bisa hindari kontak langsung dengan penderita.
            Apabila sudah terkena mungkin bisa melakukan perawatn sederhana di rumah guna mengurangi rasa gatal, diantaranya : berendam di air dingin, atau menempelkan kain basah pada area kulit yang bermasalah.  Setelah itu pergi ke dokter dan dokter akan meresepkan obat atau krim permethrin. Selain pengobatan dari dokter, untuk mengatasi scabies mungkin bisa melakukan hal hal berikut
-Setrika  pakaian, sprei, dan handuk
-Jemur selimut, bantal, dan guling di bawah sinar matahari
-Mencuci semua sprei dan pakaian
-Potong kuku untuk mencegah infeksi karena garukan.
Sebenarnya pada pondok pesantren, jika ada santri yang sudah terkena atau terpapar penyakit gudik ini, alangkah baiknya dipisahkan dahulu atau disediakan kamar khusus untuk mensterilkan kondisi. Hal semacam ini memang perlu dilakukan, karena jika sampai setengah populasi santri dalam pondok terkena penyakit ini, maka bisa dipastikan mata rantai sarcoptes scabei ini susah di hilangkan.

Sumber :
1.      Golant AK, and Levitt JO. (2012). Scabies: a review of diagnosis and management based on mite biology. Pediatric Rev.2012;33;e1-e12.
2.      Harahap Marwali. (2008). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
3.      Hilma, U dan Ghazali, L. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian skabies di pondok pesantren mlangi nogotirto gamping sleman yogyakarta. Jkki,6(3), 148-157.

Penulis : ILMA ZULFA FATMAWATI | 21601101019

11 komentar:

  1. terimakasih ilma. saya Yorda Liosa Aditama (21601101081) mau bertanya, bagaimana menurut anda cara menyuarakan pencegahan penyakit ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih yorda atas pertanyaannya. Menurut pendapat saya cara untuk menyuarakan pencegah yang utama yaitu dilakukannya upaya menjaga kebersihan yang maksimal. Dimulai dari diri sendiri dan jangan segan mengingatkan orang lain dengan baik baik. Karen memang gudik ini sangat mudah menular

      Hapus
  2. Artikel yang menarik ilma, tetapi ada yang ingin saya tanyakan terkait artikel ini. Menurut penulis, apakah setiap anak pondok pesantren kemungkinan selalu menderita gudik? Bagaimana jika pesantren modern apakah tetap ada resiko terkena? Bagaimana pula jika anak pesantren tersebut selalu menjaga kebersihannya apakah juga terdapat resiko penularan? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih denis atas pertanyaannya. Baik menurut pendepat saya tidak semua anak pondok menderita gudik. Dan di pesantren modern saya rasa juga kebersihan pastinya akan lebih terjaga. Dan juga rata rata jika pesantren modern tidurnya terpisah sehingga meminimalisir penularan jika ada yg terkena
      Jika kebersihan sudah terjaga tapi kita tetep kontak dengan penderita tetap ada kemungkinan resiko penularan. Terimakasih semoga jawaban saya membantu

      Hapus
  3. Nama saya dewi damayanti 21601101020
    Sebelum bertanya saya ingin berkomentar bahwa penulis menuliskan artikel runtut dan cukup mudah dipahami .
    Saya ingin bertanya, dalam kasus itu kan di beri contoh pondok tetapi kalau kejadian di sebuah kos kosan yang tertular dari teman kamar sebelahnya apa yang harus di sampaikan oleh seorang dokter kepada pasien tersebut mengenai pencegahan hingga penyembuhannya agar tidak menyebar satu kos kosan? Dan apakah perlu pasien tersebut perlu menyampaikan hal yang diberitahukan dokter kepada teman teman se kosnya?
    Terimakasih ilma semangat yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasi damay atas pertanyaannya. Jadi tidak menutup kemungkinan jika hal ini terjadi di kos kosan. Dan apabila memang ada yg menderita gudik mungkin salah satu cara adalah menjaga untuk tidak bergantian barang dengan penderita. Bisa saja teman saling mengingatkan dengan cara yang sopan dan baik karena memang penyakit ini menular. Saya rasa jika diingatkan baik baik tidak masalah dan lebih baik lagi jika mengajak si penderita untuk berkonsultasi supaya di beri obat yang sesuai
      Terimakasih atas pertanyaannya damay

      Hapus
  4. Audyla Sri Putri/21601101064
    Artikelnya bagus, menarik dan informatif. Saya izin bertanya kepada ilma, bagaimana upaya pencegahan terhadap gudik yang dapat di lakukan oleh pengurus pesantren? Lalu apakah penularan gudik ini sangat cepat walaupun sudah di lakukan pencegahan terhadap penyakit ini? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih audyla atas pertanyaannya. Terkait dengan pertanyaan bagaimana pencegahan yg dapat dilakukan adalah salah satunya jika ada siswa yang sudah tertular bisa dibawa konsultasi ke dokter untuk mendapatkan obat yang sesuai. Setelah itu untuk sementara pisahkan kamar dengan yang lain dan cuci sprei baju handuk yg mungkin bisa menjadi sarang kutu tersebut. Penularan ini sangat cepat bisa secara langsung kulit ke kulit atau tidak secara langsung

      Hapus
  5. Terima kasih Ilma, artikelnya cukup menarik. saya ingin bertanya, misalnya, ada seorang anak di pesantren yg menderita gudik, namun karena malu, dia tidak melaporkan ke pihak pesantren, sehingga tidak dilakukan pengisolasian oleh pihak pesantren dan tidak berobat ke dokter, dan tetap melakukan kebiasaan" bersama temannya. menurut ilma, bagaimana untuk mengatasi hal ini dan mencegah hal seperti ini terjadi? terima kasih.
    Adinda Izzati Lalita/21601101077

    BalasHapus
    Balasan

    1. Terimakasih adinda atas pertanyaannya. Jadi apabila ada anak dengan kasus tersebut malu dan tidak berobat maka kita sebagai pengurus harus mencoba menjelaskan secara pelan pelan karena untuk kebaikan bersama dan supaya gudik pada abak tersebut tidak semakin parah .
      Untuk mencegah hal tersebut pengurus pesantren hendaknya selalu mengingatkan pentingnya kebersihan dan tidak bertukar peralatan.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus